Thursday, March 4, 2010

Teguran di Persimpangan Jalan

Suatu ketika saat bepergian dengan teman, pada saat kendaraan kami berhenti di persimpangan jalan karena lampu lalu lintas(traffic light) sedang berwarna merah saya ditegur oleh teman saya 'Apa uang kecilmu(recehmu) habis? Pake ini saja(teman saya menawarkan uang receh/kecil)'. Kebetulan saya yang mengemudikan kendaraan dan maksud teman saya menanyakan uang receh/kecil untuk memberi sedekah kepada pengemis.

Saya jawab 'ada kok (uang kecil/receh saya masih ada)'. Lalu setelah beberapa saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau, setelah beberapa saat saya menerangkan alasan saya tidak memberi sedekah kepada para pengemis.

Saya memang sudah lama tidak memberi sedekah kepada para pengemis. Alasan saya, mereka masih muda dan bisa berkarya, kenapa mereka 'merendahkan diri' mereka sendiri dengan meminta-minta kepada orang lain. Meski cacat, tentunya ada kegiatan yang dapat mereka lakukan selain mengemis. Mereka hanya tidak mau berusaha. Dan yang lebih parahnya, ada sebagian dari mereka yang menjadikan pengemis sebagai pekerjaan mereka.

Ini fakta dan saya pernah mendengar ini dari teman saya yang kebetulan mempunyai usaha sablon dalam skala rumahan. Ada karyawan teman saya yang sudah berumur (kisaran 45 tahun) yang ijin tidak masuk hanya pada hari jumat. Alasannya? Upah harian yang diterima sebagai buruh sablon lebih kecil daripada mengemis. Ada juga karyawan yang lain dan masih berada pada usia produktif(kisaran 25 tahun), dia berhenti bekerja tanpa pamit. Setelah didatangi rumahnya, dari keterangan keluarga dan tetangga terdekatnya ternyata karyawan teman saya itu KEMBALI menjadi pengamen, lagi-lagi dengan alasan pendapatan yang lebih besar jika menjadi pengamen. SUNGGUH pengakuan MENCENGANGKAN.

Mereka rela berpanas-panas di persimpangan jalan, menanggung malu dengan meminta-minta. Dari sini beberapa dari anda mungkin berpikir, penjabaran diatas hanya sebuah 'pembenaran diri' dari penulis atas ketidak sosialan penulis. Sekarang saatnya pembenaran diri saya jabarkan, saya lebih memilih membantu yayasan penyandang cacat atau yatim piatu agar mereka dapat mempunyai keahlian.

Dan jika saya memberi sedekah, dan beberapa orang juga memberi sedekah juga. Maka jika dijumlah, sedekah yang mereka dapat(pengemis,anak jalanan,pengamen,dll) akan selalu melebih i upah yang mampu diberikan oleh usaha rumahan. Jika demikian maka akan lebih banyak lagi pengemis,anak jalanan,pengamen,dll karena pekerjaan yang menjajikan upah diatas pendapatan mereka semakin terbatas dan memerlukan keahlian khusus(yang mungkin tidak dimiliki oleh mereka). Lalu apa yang akan terjadi dengan usaha rumahan yang selama ini digembar-gemborkan sebagai penopang ekonomi nasional saat krisis 2008 terjadi?

Tapi yang menjadi lebih penting adalah pengembalian moral anak muda, agar mereka mau bekerja keras(memeras keringat) untuk mendapatkan sesuatu. Dan tentunya dengan berkarya,bukan bermandikan peluh karena panasnya sengatan sinar mentari di perempatan jalan dan menengadahkan tangan.

No comments: