Tuesday, April 26, 2011

Guruku Malang, Guruku sayang

Ini bukan menceritakan kisah seorang guru yang tinggal di kota Malang, dan bukan juga cerita romantisme anak asuh yang jatuh cinta kepada gurunya(kebanyakan nonton sinetron kali yeeee). Cerita ini berawal dari obrolan santai sebuah Group di perangkat keras telepon seluler buatan Kanada. Kebetulan kami alumnus sebuah perguruan tinggi membuat group untuk sekedar ngobrol atau bertukar informasi.

Pada saat suatu topik membahas dosen, seorang teman yang telah berprofesi sebagai guru berbagi cerita, kalau beberapa dosen pernah ke sekolahnya untuk mempresentasikan kampus kami. Betapa bahagianya teman saya itu, bisa membanggakan kampusnya dahulu, dan bertemu dengan dosen yang pernah mengajarnya.Mungkin teman saya juga sudah siap jika sang dosen tidak menggingat teman saya, maklum anak asuhnya bertambah dari tahun ke tahun , dan jika teman saya tidak mempunyai ciri khas, tentunya sang dosen tidak mengginggatnya.

Setelah bercakap-cakap, sang dosen terkejut karena salah seorang guru di sekolah yersebut adalah anak didiknya. Tapi teman saya dibuat lebih terkejut lagi dengan pernyataan seorang dosen 'dengan ipk(indek prestasi kuliah) yang hanya cukup, apakah kamu bisa mengajar?'.

Yang buat saya berpikir, begitu congkaknya orang-orang pandai yang telah menjadi dosen. Dan yang lebih mengenaskan, kenapa dosennya tidak merasa ikut senang atas kesuksesan muridnya, terlepas dari berapa ipknya. Begitu malangnya dosenku, dan begitu sayangnya guruku(teman yang menjadi dosen).