Saturday, December 25, 2010

KESEMPATAN yang KESEMPITAN

Seiring dengan menanjaknya prestasi timnas sepakbola Indonesia(Christian Gonzales, Irfan Bachim,Bambang Pamuingkas,Bustami, Firman Utina,dkk) ada banyak kesempatan yang dapat kita pergunakan. Dalam dunia politik, seperti yang kita bisa kita baca di surat kabar, banyak partai yang membagikan tiket untuk menonton pertandingan final di jakarta. Ada acara bertemu dengan para pemimpin partai, yang mungkin mereka ingin mengapresiasi keberhasilan timnas sepakbola kita menembus final, namun menurut beberapa pengamat waktunya kurang pas.

Tidak hanya para politisi, perusahaan besar saja yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapat apa yang menjadi tujuan mereka. Ternyata pedagang kaki lima juga mendapat rejeki, dengan menjual kaos timnas sepakbola, tujuan pedagang kaki lima untuk meraup untung juga kesampaian. Dan yang lebih mengejutkan, ternyata bukan hanya pedagang kaki lima di Indonesia saja yang kebagian kesempatan untuk meraup keuntungan, ternyata ada pedagang kaki lima di Malaysia yang memanfaatkan momen ini.

Bagi pedagang kaki lima, ini merupakan KESEMPATAN yang keSEMPITan. Karena kurang beberapa hari final pertemuan edua akan berlangsung, dimana hal ini juga berarti bahwa tenggat waktu untuk mencari keuntungan telah habis. Selain itu setiap hari kompetitor bertambah banyak. Jadi yang ada sekarang adalah siapa cepat dia dapat.kak

Thursday, December 23, 2010

Korupsi dimana-mana

Sebenarnya saya binggung untuk memulai cerita dari mana, memang ini antara curahan hati(bahasa bekennya CURHAT), hasil analisa dan kenyataan. Awal mula saya akan coba deskripsikan mengenai korupsi, korupsi menurut saya adalah sesuatu yang kita pergunakan atau terima tetapi bukan merupakan hak kita.

Nah sekarang saya ingin berbagi cerita, saya mempunyai kios di sebuah pasar tradisional, lebih tepatnya memakai kios orang tua saya untuk mencoba mencari sesuap nasi(dramatis sekali...). Usaha utama dari kios adalah penjualan seragam sekolah. Setiap orang kenal atau menetahui jenis usaha saya sebagian orang pasti memberikan saran untuk mencoba menjadi pemasok sekolah, dan hal itu selalu saya tolak dengan alasan saya tidak biasa bermain'amplop'. Seperti kita tahu sudah menjadi hal yang lumrah jika kita 'membagikan' sedikit rejeki kepada orang yang telah membantu usaha kita. Alasan penolakan saya, saya harus menghitung ulang harga barang supaya harganya kompetitif namun tidak rugi jika harus memberikan 'amplop'. Menurut saya itu merepotkan, dan bisa jadi saya dijadikan 'langganan' atas pungli-pungli itu.

Roda kehidupan berputar, dan sampailah di saat saya harus berhadapan dengan pihak sekolah. Bisa dibilang ini suatu rejeki yang tidak saya harapan. Rejeki karena dimana keadaan pasar yang baru sepi namun saya mendapat konsumen baru, sedangkan hal ini tidak saya harapkan karena saya harus memberikan sesuatu yang bukan haknya. Pihak sekolah meminta saya memberikan stempel, hal yang tidak biasa terjadi di pasar tradisional, untungnya dapat saya tolak. Percobaan pertama telah terlewati, karena saya telah menghindari membantu korupsi. Jikalau nantinya oknum-oknum tersebut nota palsu, saya tidak menanggung dosa tersebut.

Setelah selesai transaksi, mereka meminta bonus, hal yang membuat saraf ketawa saya berkontraksi, anda siapa? Baru berbelanja sekian rupiah kok sudah meminta bonus, sedangkan banyak dari langganan saya yang transaksinya lebih rutin dan sebagian nominalnya melebihi oknum sekolah ini saja tidak pernah meminta bonus, pertimbangan apa yang mengharuskan saya memberi anda bonus.

Ternyata masalah belum selesai sampai titik ini, ternyata dari pertama kali oknum sekolah sampai di tempat saya, sudah ada 3 orang yang meminta komisi atas jasanya mengantarkan konsumen ke kios saya. Tiga orang??? Gila, preman dari mana saja ini? Karena saya tidak pernah menjumpai kejadian semacam ini, saya bertanya kepada karyawan saya(sudah berkecimpung di pasar selama 10 tahun), adat kebiasaannya bagaimana? Karyawan saya berkata, bahwa dia juga baru kali ini menjumpai hal ini, meski sudah lama bekerja di beberapa kios dan lama menjadi karyawan pasar. Saya mengutarakan, kalau dikasih X rupiah bagaimana? Wajarkah? Karyawan saya hanya menimpali, seikhlasnya saja, daripada memberi tetapi tidak ikhlas. Dan akhirnya diputuskan memberi sejumlah uang kepada salah seorang dan tolong dibagi buat bertiga.

Apakah tulisan saya ini menandakan saya belum ikhlas? Sebetulnya tidak, saya ikhlas, disini saya hanya ingin berbagi, kalau transaksi di pasar tradisional saja pungutan liarnya sudah seperti itu, ditambah (diskusi dari oknum sekolah yang saya dengar) rencana penjualan seragam yang akan di mark up(diambil untung yang tidak wajar), lalu saya berpikir mau jadi apa negeri ini? Bekerja mencari laba itu sudah pasti, akan tetapi alngkah lebih bijak tidak menggunakan kekuasaan atau pangkat untuk menumpuk kekayaan pribadi. Jika seorang oknum dari sekolah berbisnis peralatan sekolah, menurut pandangan saya kurang elok, dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi kasus. Sudah berapa berita di koran yang memberitakan 'mantan' oknum sekolah yang terkena kasus korupsi.

Ya itu pandangan dari saya, jika hal ini menyinggung pembaca, saya mohon maaf, saya adalah orang naif yang hidup di waktu yang salah, karena idealisme yang tinggi dan ingin merubah dunia, tetapi malah menjerumuskan tiga orang ke jalan yang menurut saya salah.....pelajaran hidup ini semoga membawa saya menjadi orang yang lebih tegas.

Thursday, November 4, 2010

Apa yang membuat anda ingin di'istimewakan' ?

Sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seseorang ingin diperlakukan istimewa. Contoh yang paling sering kita jumpai adalah orang ingin didahulukan dalam dilayani.

Saya ambil contoh kasus dimana orang ingin didahulukan /dilayani terlebih dahulu di suatu toko. Mungkin karena tergesa-gesa, atau merasa lebih(mungkin merasa kaya, berpangkat, atau mempunyai nama/lebih dikenal) mereka dengan santai tak menghiraukan atau mengacuhkan orang yang terlebih dahulu datang ke toko tersebut. Mereka minta dilayani lebih dahulu. Jika kita lihat lebih seksama, apakah karena alasan-alasan diatas mereka 'dibenarkan' untuk minta dilayani lebih dahulu?

Saya rasa, jawabannya tidak, walaupun mereka tergesa karena suatu hal, bukankah itu sudah menjadi tanggung jawab mereka sendiri, kenapa mereka tidak merencanakan lebih dahulu segala sesuatunya. Kalaupun benar-benar dalam keadaan yg sulit, kenapa mereka tidak dengan sopan meminta ijin terlebih dahulu kepada pengunjung yang datang lebih dahulu. Dan jika sudah meminta ijin terlebih dahulu, bukan berarti pengunjung yang lain harus 'mengijinkan', bukankah meminta tolong juga tergantung dari orang yang dimintai tolong. Apabila orang yang dimintai tolong juga tergesa-gesa, mereka juga berhak untuk menolaknya.

Jika tidak tergesa-gesa, dan yang menjadi judul tulisan ini, apa yang membuat mereka ingin diistimewakan? Kelebihan apa yang mereka miliki dan tidak dapat ditandingi oleh orang lain. Bukankah di sekolah dasar kita sudah dikenalkan dengan peribahasa yang menggambarkan tentang kearifan tanaman padi. Semakin berisi, semakin menunduk. Dan bukankah segala kelebihan bersifat duniawi yang kita miliki hanya titipan Tuhan, dan kelebihan rohani hanya Tuhan yang dapat menilainya.

Namun siapakah saya, yang membahas perilaku orang lain. Hahaha, berarti saya juga termasuk orang yang salah karena telah membahas masalah ini. Maafkan saya jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan saya ini, karena saya juga termasuk orang yang salah.

Tuesday, November 2, 2010

Jujur, berani, naif

Kalau ada orang yang berpendapat dengan logat surabaya mungkin akan seperti ini 'cek eman e rek, loro sing nang ngarep wes ciamik, la kok buntut e ngisin-ngisini'. Apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia adalah, alangkah sayangnya, 2(kata sifat) yang di depan sudah bagus, tapi yang paling belakang kok membuat malu. Tiga kata sifat yang saya ambil sebagai judul, (terus terang) saya ambil dari dialog dalam film 'Robin Hood' yang dibintangi oleh Russel Crowe.

Dialog itu sungguh berkesan bagi saya, robin longstride( Russel Crowe,sebagai prajurit) mendapat penilaian dari rajanya sebagai orang yang memiliki ketiga sifat tersebut setelah ditanya, apakah dia bangga menjadi seorang prajurit yang berpatisipasi dalam perang salib. Dan dengan jujur,berani dan naif(atas penilaian raja) dia berkata 'tidak bangga', karena perang yang diatasnamakan agama, menjadikan dia seperti orang yang tidak ber-Tuhan, dengan pembantaian kepada orang yang memiliki kepercayaan / beragama lain.

Ya, mungkin memang ketiga kata sifat itu sudah menjadi takdir untuk orang yang mempunyai idealisme tinggi. Dunia itu tidak seindah bayangan kita, keserakahan, memperjuangkan kepentingan kita adalah hal yang tidak bisa dihindarkan dari kehidupan ini.

Dan celakanya, robin hood dengan konsisten menjalankan ketiga sifat diatas. Dia menjadi naif dan membangun dunia yang sesuai dengan anggan-anggannya. Di saat pemerintahan menjadi tirani, dimana ketidak adilan terjadi, dia menjadi naif dengan mengejar suatu keadaan dunia yang sesuai dengan keinginannya.

Dimana letak kenaifannya? Saat dia mencuri/merampok barang yang bukan haknya, untuk mencapai keadaan dunia yang dia inginkan tanpa mengindahkan norma agama manapun(halal atau haram). Lalu yang menjadi pertanyaan, benar atau salahkah perbuatannya? Silahkan anda berpendapat, untuk mengungkapkan pendapat anda, saya yakin (dan semoga benar) itu adalah suatu kebebasan, dan kecil kemungkinannya ada gugatan tentang pencemaran nama baik hahahaha

Wednesday, October 27, 2010

Alangkah Lucunya (negeri ini-2010)

Sebuah film nasional yang memuat pesan moral, dan menggambarkan kerumitan hidup di negara Indonesia. Sebuah komplektivitas antara religi, moral, dan realita kehidupan.
Dalam film ini diceritakan, dimana seorang yang berpendidikan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Karena ilmu yang didapat adalah manajemen, maka ia mencoba mengatur kehidupan gerombolan pencopet supaya dapat menjadi orang yang mempunyai pekerjaan yang halal. Konflik dalam dirinya terjadi ketika hal ini dihubungkan dengan kehidupan rohani atau religinya, karena 'membenarkan' mencari modal dari hasil pekerjaan haram supaya para pencopet dapat bekerja secara halal.
Setelah modal terkumpul, dan dapat digunakan sebagai modal, bukannya masalah telah terselesaikan, bahkan sebaliknya, timbul masalah baru. MORAL, dimana para pencopet biasa mendapat penghasilan yang dapat dikatakan besar, mereka tidak dapat menerima jika pendapatannya berkurang jika mereka berubah menjadi pengasong. Adapun beberapa orang telah mau menjadi pengasong, persoalan belum juga selesai. Para pengasong dikejar-kejar oleh aparat pemerintah karena 'dianggap' menggangu ketertiban umum.

Sungguh ironi, dimana orang yang berniat baik dan terkendala modal dicap sebagai orang yang melanggar nilai agama. Dan setelah orang mau bertobat malah menjadi pelaku pelanggaran peraturan pemerintah. Lantas harus dimulai dari mana agar negara ini dapat mengurangi angka kemiskinan dan memperbaiki moral rakyatnya? Sudikah anda berbagi pendapat untuk memutus lingkaran setan ini?

Wednesday, September 29, 2010

Sepanjang Jalan.....

Saya mau berbagi tentang impian dan ide yang berhubungan dengan green living. Sudah lama saya tertarik dengan konsep hidup yang lebih baik untuk mengurangi beban bumi karena pemanasan global. Terlebih lagi kalau memngingat beberapa waktu lalu di negara kita tercinta, Indonesia terjadi kekurangan pasokan listrik.

Dalam suatu perjalanan ke kota Jogjakarta, saya melewati salah satu jalan alternatif, dimana disamping jalan tersebut terdapat saluran irigrasi yang panjang dan selalu dialiri dengan air. Terbesit sebuah ide, jika di sepanjang aliran ini dibangun PLTA skala kecil, apakah dapat mengurangi defisit pasokan listrik. Dari beberapa pendapat teman saya yang juga mempunyai kertetarikan dengan konsep hidup yang ramah lingkungan, banyak dari mereka mengatakan, bahwa hal itu kurang sesuai dengan nilai ke-ekonomisan. Dikarenakan nilai investasi yang terlalu besar untuk membangun PLTA-PLTA kecil sesuai dengan anggan-anggan saya sedangkan listrik yang dihasilkan relatif kecil.

Namun setelah membaca salah satu artikel di harian Kompas beberapa waktu yang lalu, saya jadi mempunyai keyakinan bahwa ide saya bukan hanya menjadi khayalan. Pada artikel itu terttulis di daerah Gunung Kidul Jogjakarta yang notabene merupakan daerah yang terkenal dengan kesulitannya dalam hal mendapatkan air, namun dengan kemauan warga, mereka berhasil membangun PLTA yang mampu menerangi seluruh jalan di sebuah desa. Kenapa hanya jalan desa? Ini lebih dikarenakan kebijakan dari warga supaya tidak terjadi kecemburuan antarwarga karena kebutuhan listrik setiap rumah berbeda. Lalu apa keuntungan dari warga desa tersebut setelah seluruh jalan menjadi terang? Keamanan di desa mereka jadi meningkat, tindak kejahatan di malam hari jauh berkurang.

Kalau kita hitung, berapa banyak saluran irigrasi di negara kita? Tentulah sangat banyak jika menilik bahwasannya negara kita merupakan negara agraris. Jika kita berhitung, tentunya hal ini dalam menerangi seluruh jalan di pedesaan yang memiliki saluran irigrasi. Berapa KWH yang mampu dihasilkan dan membantu percepatan menyediakan listrik 10.000 Megawatt yang merupakan program dari pemerintah. Semoga anggan-anggan saya Menggugah pihak-pihak terkait, khususnya instansi yang berkaitan dengan listrik yaitu PLN. semoga ......

Tuesday, March 30, 2010

Wiraswasta itu enak(menurut pendapat banyak orang)

Kerja apa pak? Tanya seorang yang baru saya kenal disela-sela waktu menunggu kedatangan kereta api yang akan membawa kami ke kota tujuan yang sama. 'Wiraswasta' jawab saya. Sepontan bapak yang baru saya kenal mengutarakan pendapatnya 'Enak ya jadi wiraswasta, kerja tidak ada yang memarahi, hasilnya lumayan'. Ya begitulah pandangan kebanyakan orang tentang wiraswasta.

Hal yang sudah umum untuk melihat sesuatu hanya dari segi positifnya saja atas pekerjaan orang lain. Sebenarnya dibalik segi positif yang terlihat begitu menggiurkan ternyata tersimpan juga sisi negatifnya(resiko dan kesulitan) dalam berwiraswasta.

Banyak hal sisi negatif sebagai wiraswasta. Yang pertama dan mendasar adalah modal, untuk membangun usaha kita memerlukan modal. Dengan asumsi kita sudah memiliki gagasan atas usaha yang akan kita geluti. Nominal uang yang dibutuhkan juga tidak sedikit, karena selain kita harus menyediakan modal awal sebagai awal usaha kita, kita juga harus menyediakan dana untuk operasional usaha kita minimal 1 tahun setelah usaha kita dimulai. Karena usaha baru ada kemungkinan bisa dikatakan mulai berjalan setelah 1 tahun. Kita mesthi besabar dalam membentuk pasar yang menjadi target penjualan(konsumen) atas usaha kita.

Setelah modal ada dan persiapan memulai usaha telah selesai, kita memulai fase untuk diuji kesabarannya. Pada umumnya pada awal-awal memulai usaha penghasilan bersihnya (laba) mengalami angka minus atau merugi. Hal ini disebabkan konsumen belum terlalu banyak. Untuk bisa menutupi biaya operasional(gaji pegawai,listrik, dan pengeluaran rutin untuk berjalannya usaha kita) pada beberapa bulan setelah kita membuka usaha adalah pencapaian yang bagus. Meski ada juga jenis usaha yang ramai diawal memulai usaha dan jika tidak sesuai dengan selera pasar malah merugi setelah beberapa saat usaha dimulai, contohnya usaha makanan. Biasanya orang akan tertarik untuk mencoba makan di rumah makan baru untuk mengetahui rasa,suasana dan pelayanannya, apakah sesuai dengan harga jual. Dan hal ini yang membuat banyak orang berbondong-bondong mencoba makan di rumah makan baru tersebut, dan jika harga,pelayanam, dan suasananya tidak sebanding dengan harga makan berangsur-angsur konsumen tidak akan makan dirumah makan tersebut lagi.

Kesulitan yang lain sebagai wiraswasta adalah pengelolaan keuangan. Dimana mereka mendapat pemasukan sedikit setiap hari, namun pada saat tertentu pengeluarannya besar untuk membeli barang dagangan. Disini wiraswasta dituntut untuk dapat membedakan pendapatan yang merupakan laba atau simpanan untuk membeli barang dagangan.

Setelah usaha berjalan(laba dapat menutupi biaya operasional) wiraswasta mesti mengusahakan supaya usahanya terus berkembang. Supaya usahanya tidak tergerus kemajuan jaman, wiraswasta harus membuka wawasan agar usahanya bisa tetap berjalan seiring kemajuan jaman.

Susah juga ya jadi wiraswasta? :) . Tapi yang seharusnya selalu berpikir positif adalah wiraswasta itu sendiri,supaya usahanya terus berkembang. Karena karyawan yang anda pekerjakan juga mengginginkan perkembangan taraf hidupnya.

Wiraswasta itu enak(menurut pendapat banyak orang)

Kerja apa pak? Tanya seorang yang baru saya kenal disela-sela waktu menunggu kedatangan kereta api yang akan membawa kami ke kota tujuan yang sama. 'Wiraswasta' jawab saya. Sepontan bapak yang baru saya kenal mengutarakan pendapatnya 'Enak ya jadi wiraswasta, kerja tidak ada yang memarahi, hasilnya lumayan'. Ya begitulah pandangan kebanyakan orang tentang wiraswasta.

Hal yang sudah umum untuk melihat sesuatu hanya dari segi positifnya saja atas pekerjaan orang lain. Sebenarnya dibalik segi positif yang terlihat begitu menggiurkan ternyata tersimpan juga sisi negatifnya(resiko dan kesulitan) dalam berwiraswasta.

Banyak hal sisi negatif sebagai wiraswasta. Yang pertama dan mendasar adalah modal, untuk membangun usaha kita memerlukan modal. Dengan asumsi kita sudah memiliki gagasan atas usaha yang akan kita geluti. Nominal uang yang dibutuhkan juga tidak sedikit, karena selain kita harus menyediakan modal awal sebagai awal usaha kita, kita juga harus menyediakan dana untuk operasional usaha kita minimal 1 tahun setelah usaha kita dimulai. Karena usaha baru ada kemungkinan bisa dikatakan mulai berjalan setelah 1 tahun. Kita mesthi besabar dalam membentuk pasar yang menjadi target penjualan(konsumen) atas usaha kita.

Setelah modal ada dan persiapan memulai usaha telah selesai, kita memulai fase untuk diuji kesabarannya. Pada umumnya pada awal-awal memulai usaha penghasilan bersihnya (laba) mengalami angka minus atau merugi. Hal ini disebabkan konsumen belum terlalu banyak. Untuk bisa menutupi biaya operasional(gaji pegawai,listrik, dan pengeluaran rutin untuk berjalannya usaha kita) pada beberapa bulan setelah kita membuka usaha adalah pencapaian yang bagus. Meski ada juga jenis usaha yang ramai diawal memulai usaha dan jika tidak sesuai dengan selera pasar malah merugi setelah beberapa saat usaha dimulai, contohnya usaha makanan. Biasanya orang akan tertarik untuk mencoba makan di rumah makan baru untuk mengetahui rasa,suasana dan pelayanannya, apakah sesuai dengan harga jual. Dan hal ini yang membuat banyak orang berbondong-bondong mencoba makan di rumah makan baru tersebut, dan jika harga,pelayanam, dan suasananya tidak sebanding dengan harga makan berangsur-angsur konsumen tidak akan makan dirumah makan tersebut lagi.

Kesulitan yang lain sebagai wiraswasta adalah pengelolaan keuangan. Dimana mereka mendapat pemasukan sedikit setiap hari, namun pada saat tertentu pengeluarannya besar untuk membeli barang dagangan. Disini wiraswasta dituntut untuk dapat membedakan pendapatan yang merupakan laba atau simpanan untuk membeli barang dagangan.

Setelah usaha berjalan(laba dapat menutupi biaya operasional) wiraswasta mesti mengusahakan supaya usahanya terus berkembang. Supaya usahanya tidak tergerus kemajuan jaman, wiraswasta harus membuka wawasan agar usahanya bisa tetap berjalan seiring kemajuan jaman.

Susah juga ya jadi wiraswasta? :) . Tapi yang seharusnya selalu berpikir positif adalah wiraswasta itu sendiri,supaya usahanya terus berkembang. Karena karyawan yang anda pekerjakan juga mengginginkan perkembangan taraf hidupnya.

Thursday, March 25, 2010

Manajemen keuangan itu fleksibel

Manajemen keuangan fleksibel disini dikarenakan disesuaikan dengan masing pekerjaan anda. Bukannya kita dapat merubah(pada umumnya pengeluarannya membengkak) sesuai keinginan kita, bukannya karena kebutuhan terutama kebutuhan yang mendadak.

Tiap pekerjaan yang kita tekuni memiliki manajemen keuangan yang berbeda-beda. Meskipun sama-sama berdagang, tentunya akan berbeda cara mengatur keuangan jika jenis barang yang diperdagangkan juga berbeda.

Contohnya usaha dagang dengan barang dagangan barang kebutuhan pokok (lebih dikenal dengan toko kelontong /meracangan) dengan toko pakaian. Toko yang menjual barang kebutuhan pokok akan lebih mementingkan omsetnya. Karena mayoritas keuntungannya relatif kecil, namun toko yang menjual pakaian tentunya akan cenderung lebih mengutamakan kualitas dari laba. Hal ini dikarenakan orang tidak tiap hari membutuhkan(membeli) pakaian sedangkan barang kebutuhan pokok dibutuhkan setiap hari oleh manusia untuk kelangsungan hidupnya.

Meski sama-sama bekerja sebagai pedagan, namun manajemen keuangannya sudah berbeda. Bagaimana kalau pekerjaannya berbeda jauh? Semisal petani dan karyawan. Karyawan tiap awal bulan menerima gaji, mereka perlu mengatur keuangannya agar dapat bertahan hinga akhir bulan. Sedangkan petani menerima pendapatan tiap habis memanen dan harus menyisakan sebagian pendapatannya untuk persiapan musim tanam berikutnya dan mengatur pendapatannya sampai masa panen berikutnya.

Lebih enak yang mana? Pedagang yang setiap hari memperoleh pendapatan, karyawan yang tiap bulan mendapat gaji atau petani yang pada masa panen mendapat penghasilan? Pendapat saya, sama saja. Karena pendapatan tiap hari dari pedagang dalam satu bulan kurang lebih equivalen(setara) dengan gaji karyawan tiap bulannya. Begitu juga jika pendapatan karyawan dan pedagang dibandingkan dengan pendapatan petani. Yang berbeda hanya waktu penerimaannya saja.

Untuk jumlah pendapatan, tergantung dari besar kecilnya usaha. Jika petani ingin berpendapatan lebih maka yang harus dilakukan adalah menambah luas tanah garapan, sedangkan pedagang dengan menambah omset penjualan dan karyawan dengan naik jabatan.

Hal ini menarik untuk saya tulis atas dasar keluhan seorang teman yang berprofesi sebagai petani. Dia mengeluh karena pendapatan yang diperolehnya beberapa bulan sekali.

Sebenarnya yang menjadi masalah bukan kapan kita mendapatkan penghasilan, namun bagaimana mengelola pendapatan kita. Setujukah anda akan hal ini?

Thursday, March 18, 2010

Tidak ada yang abadi di dunia ini KECUALI PERUBAHAN

Suatu hal yang saya yakini dan saya diyakinkan dengan pernyataan dari seseorang yang baru saya kenal 4 jam. Dalam suatu percakapan yang santai dengan orang yang baru saya kenal, meluncurlah sebuah pernyataan 'tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan'.

Sebelumnya akan saya akan sedikit bercerita tentang orang tersebut (inisial M) dan yang melatarbelakangi perkenalan saya dengannya. Kebetulan tunangan saya menjadi anggota franchise dan salah satu hak dari tunangan saya adalah mendapat kunjungan dari pusat untuk mengevaluasi usahanya. Sebagai pihak yang kedatangan tamu, saya sedikit mengenalkan beberapa macam makanan tradisional dari daerah tempat saya tinggal(kebetulan saya berdomisili di sebuah kota yang menjadi salah satu tujuan wisata dan wisata kuliner menjadi salah satu daya tariknya, Surakarta atau lebih dikenal denpan sebutan Solo).

Pembicaraan dari awal pertemuan kami sudah pasti lebih banyak tentang usaha yang digeluti tunangan saya, namun Bapak M ternyata mempunyai wawasan luas, dan dapat beradaptasi dalam bersosialisasi dengan cepat. Mungkin pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, dia berdomisili di ibukota negara(Jakarta). Sembari berbagi pengalaman dan wawasan yang menyangkut usaha tunangan saya, terselip pembicaraan yang pokok bahasannya cukup umum, dan entah dari mana awal mulanya, maka terucap pernyataan dari Bapak M 'tidak ada yang abadi/kekal di dunia ini kecuali perubahan'.

Saya sangat setuju dengan hal itu dan menjadi yakin akan pandangan saya setelah mendengar pernyataan Bapak M. Orang yang baru saya kenal kurang dari 24jam. Coba kita amati, mulai dari kehidupan ekonomi sampai sosial semuanya berubah dengan dinamis menyesuaikan dengan berjalannya waktu.

Contoh dari aspek ekonomi, pada awal tahun 80an, sepatu bata menjadi salah satu merk favorit, namun seiring berjalannya waktu, merk luar pun mulai mengambil alih peran sepatu bata. Walau tidak dipungkiri masih ada pengemar atau pemakai setia dari bata, namun kue(bagian) pangsa pasarnya telah tergerus/berkurang oleh merk lain. Bahkan dalam tulisan marathon(100 edisi) pakar marketing (Hermawan Kertajaya) di salah satu harian terkemuka juga sepaham jika perubahan mutlak diperlukan untuk berkembang atau minimal sekedar bertahan.

Dari segi kepribadian, hal tersebut(perubahan) juga diperlukan, supaya kita menjadi orang yang lebih baik. Dengan menjadi orang mau mengembangkan dirinya, diharapkan hidup yang kita jalani akan lebih baik lagi. Pengembangan diri dapat dari aspek prilaku, pandangan hidup, keahlian, dan masik banyak lain.

Dalam mengembangkan diri juga tidak terlalu sulit, asal kita mau membuka diri dan mempunyai niat. Membuka diri adalah hal yang perlu dilakukan agar kita jangan tebelenggu dalam suasana pembenaran diri, karena hal itu menghambat pemgembangan diri kita. Namun jangan terlalu dibuka, karena akan berbahaya jika tidak ada penyaringnya, kita akan salah arah jika tidak menyaring masukkan yang kita terima.

Nah,siapkah kita untuk berubah?

Friday, March 5, 2010

Pengamen

Orang atau sekumpulan orang yang mempunyai keahlian dalam bidang seni, mempertunjukkan keahliannya dalam bidang seni dan 'berharap' apresiasi dari yang menikmati karya seninya.

Kenapa kata berhara saya beri tanda kutip, karena menurut saya hukumnya tidak wajib untuk memberikan apresiasi. Karena seni sifatnya subyektif, tidak terukur malah lebih cenderung atas dasar suka atau tidak suka(like and dislike). Apresiasi kepada karyaseni juga bermacam-macam, dapat berupa penghargaan, tepuk tangan(tanda menyukai atau kagum) namun juga dapat berupa materi.

Nah, sekarang saya akan mencoba mengutarakan pendapat saya mengenai seni di bidang tarik suara. Saya akan memberikan materi berupa uang kepada pengamen, jika saya merasa suka dengan keahliannya bermusik, santun(dalam artian mereka tetap 'berharap' apresiasi) dan menghargai apresiasi saya. Yang saya tidak suka dari pengamen adalah mereka 'memaksa' diapresiasi, hanya menjadikan pengamen sebagai kedok mengemis(bermodalkan alat musik yang terbuat dari tutup botol minuman bersoda, tanpa menyanyi,kadang dibumbui muka masam ketika tidak diberi uang), atau pengamen di pusat keramaian dimana setiap beberapa menit silih berganti pengamen datang dan lebih parahnya terkadang alat musik yang digunakan sama.

Memang banyak cerita pengamen menjadi orang terkenal. Dan mungkin dari pengamen merupakan jalan untuk menyalurkan hobi seni atau jalan menuju sukses. Namun alangkah lebih bijak jika anda menyalurkan hobi anda tanpa menganggu kenyamanan orang lain.

Tulisan ini untuk memberikan penjelasan yang lebih rinci atas pengunaan kata pengamen pada tulisan saya dengan judul 'Teguran di Persimpangan Jalan'. Mohon maaf jika ada pihak yang kurang berkenan dengan tulisan-tulisan saya.

Thursday, March 4, 2010

Teguran di Persimpangan Jalan

Suatu ketika saat bepergian dengan teman, pada saat kendaraan kami berhenti di persimpangan jalan karena lampu lalu lintas(traffic light) sedang berwarna merah saya ditegur oleh teman saya 'Apa uang kecilmu(recehmu) habis? Pake ini saja(teman saya menawarkan uang receh/kecil)'. Kebetulan saya yang mengemudikan kendaraan dan maksud teman saya menanyakan uang receh/kecil untuk memberi sedekah kepada pengemis.

Saya jawab 'ada kok (uang kecil/receh saya masih ada)'. Lalu setelah beberapa saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau, setelah beberapa saat saya menerangkan alasan saya tidak memberi sedekah kepada para pengemis.

Saya memang sudah lama tidak memberi sedekah kepada para pengemis. Alasan saya, mereka masih muda dan bisa berkarya, kenapa mereka 'merendahkan diri' mereka sendiri dengan meminta-minta kepada orang lain. Meski cacat, tentunya ada kegiatan yang dapat mereka lakukan selain mengemis. Mereka hanya tidak mau berusaha. Dan yang lebih parahnya, ada sebagian dari mereka yang menjadikan pengemis sebagai pekerjaan mereka.

Ini fakta dan saya pernah mendengar ini dari teman saya yang kebetulan mempunyai usaha sablon dalam skala rumahan. Ada karyawan teman saya yang sudah berumur (kisaran 45 tahun) yang ijin tidak masuk hanya pada hari jumat. Alasannya? Upah harian yang diterima sebagai buruh sablon lebih kecil daripada mengemis. Ada juga karyawan yang lain dan masih berada pada usia produktif(kisaran 25 tahun), dia berhenti bekerja tanpa pamit. Setelah didatangi rumahnya, dari keterangan keluarga dan tetangga terdekatnya ternyata karyawan teman saya itu KEMBALI menjadi pengamen, lagi-lagi dengan alasan pendapatan yang lebih besar jika menjadi pengamen. SUNGGUH pengakuan MENCENGANGKAN.

Mereka rela berpanas-panas di persimpangan jalan, menanggung malu dengan meminta-minta. Dari sini beberapa dari anda mungkin berpikir, penjabaran diatas hanya sebuah 'pembenaran diri' dari penulis atas ketidak sosialan penulis. Sekarang saatnya pembenaran diri saya jabarkan, saya lebih memilih membantu yayasan penyandang cacat atau yatim piatu agar mereka dapat mempunyai keahlian.

Dan jika saya memberi sedekah, dan beberapa orang juga memberi sedekah juga. Maka jika dijumlah, sedekah yang mereka dapat(pengemis,anak jalanan,pengamen,dll) akan selalu melebih i upah yang mampu diberikan oleh usaha rumahan. Jika demikian maka akan lebih banyak lagi pengemis,anak jalanan,pengamen,dll karena pekerjaan yang menjajikan upah diatas pendapatan mereka semakin terbatas dan memerlukan keahlian khusus(yang mungkin tidak dimiliki oleh mereka). Lalu apa yang akan terjadi dengan usaha rumahan yang selama ini digembar-gemborkan sebagai penopang ekonomi nasional saat krisis 2008 terjadi?

Tapi yang menjadi lebih penting adalah pengembalian moral anak muda, agar mereka mau bekerja keras(memeras keringat) untuk mendapatkan sesuatu. Dan tentunya dengan berkarya,bukan bermandikan peluh karena panasnya sengatan sinar mentari di perempatan jalan dan menengadahkan tangan.

Monday, March 1, 2010

Mega teater dengan judul 'Lelakoning Urip' (Jalan Hidup)

Lelakoning urip yang dapat diartikan jalan hidup. Sebuah cerita yang sangat menarik untuk disimak, setting panggung dan pemainnya pun berkelas. Lalu kapan dan dimana acara ini diadakan?

Teater tersebut diadakan di dunia ini sebagai panggung sandiwara, kapan waktunya? Sepanjang bumi masih berotasi(berputar pada porosnya) dan masih terdapat makhluk hidup yang menghuninya. Kenapa saya tertarik membahas topik ini? Karena sebegitu menariknya kehidupan ini dengan dibumbui berbagai kegiatan yang begitu dinamis.

Sebagaimana tujuan dari sandiwara yang ingin menyampaikan sebuah pesan, maka kehidupan begitu adanya. Yang menarik setiap dari kita dapat berperan ganda. Baik sebagai penonton dari suatu babak dalam drama kehidupan ini dan sebagai pelaku. Jadi anda maupun saya dapat mengambil hikmah dari kejadian tiap detik dalam hidup ini sekaligus dapat mempraktekkan pesan setelah kita amati kejadian yang terjadi di sekitar kita.

Dan yang lebih hebatnya lagi, kita sebagai pemeran dalam kehidupan ini kita tidak perlu belajar akting, tidak perlu mengikuti audisi atau seleksi sebagai pemeran. Jalan ceritanya pun begitu dinamis, tanpa skrip atau naskah. Alur ceritanya terbentuk dari masing individu yang memerankannya. Tidak ada pembagian diawal cerita apakah seseroang menjadi tokoh jahat(antagonis) maupun tokoh baik(protagonis). Lalu siapa yang menentukan seseorang menjadi antagonis atau protagonis? Yang orang itu sendiri.

Hebat bukan? Lalu apa yang menjadi tujuan saya membahas ini? Hidup hanya sekali, tiada yang abadi di dunia ini. Memberi kesan baik dan berusaha menjalani hidup dengan sebaik mungkin(walau kadang musti hidup susah) akan lebih memuaskan batin kita, setujukah anda?

Mari kita menjalankan peran kita masing-masing dalam kehidupan ini. Bukankah sudah merupakan berkah kita mendapat peran tanpa seleksi terlebih dahulu ;)

Thursday, February 25, 2010

Misi penyelamatan

TENANG, ini bukan situasi bencana, perang ataupun penyandraan. Namun yang akan saya bahas adalah sesuatu yang berhubungan dengan perekonomian.

Saat krisis global melanda dunia, banyak tulisan di koran ataupun berita di televisi ataupun radio yang membahasnya. Namun yang memberi kesan mendalam adalah tulisan Pak Dahlan Iskan di harian jawapos. Dalam artikelnya, Pak Dahlan membahas apa yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang berkecukupan. Apa yang mereka risaukan atas dampak krisis global? Apakah mereka tidak bisa makan ataupun menjalani hidup seperti biasanya, TIDAK. Mereka hanya 'kehilangan' sebagian harta karena penurunan nilai atas kekayaannya.

Penurunan nilai atas harta, sebenarnya yang kita perjuangkan dengan bekerja. Apa itu penurunan nilai atas kekayaan kita? Sebagai contoh saya akan ulas tentang kenaikan harga, dan kebetulan saya bekerja sebagai pedagang. Misalnya suatu barang kita sebut saja celana yang semula seharga Rp. 10.000,- karena suatu hal(kenaikan bahan baku ataupun ongkos jahit) sekarang menjadi Rp. 12.000,-. Lalu dengan anda mulai menjual dengan harga baru untuk stok yang anda beli dengan harga lama, apakah saya mendapat untung lebih? TIDAK. Sebenarnya saya hanya menyelamatkan modal saya. Jika pada awal mula berdagang modal saya dapat membeli 20 potong celana, dan pada saat terjadi kenaikan harga stok saya yang tersisa 15 potong sebenarnya saya telah mengalami keRUGIan atas 5potong celana. Kenapa? Karena hasil penjualan 5potong celana dengan harga lama tidak cukup untuk membeli 5potong celana dengan harga baru. Bukankah itu merupakan suatu kerugian?

Begipula yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Karena kemajuan suatu kota, otomatis akan berdampak pada kenaikan biaya hidup. Misalnya 5 tahun yang lalu dengan uang 3ribu rupiah kita dapat membeli nasi pecel berikut lauk 1potong tempe goreng. Namun sekarang untuk barang yang sama kita harus mengeluarkan 4ribu rupiah.

Dengan berbagai uraian diatas, apa hubungannya penurunan nilai kekayaan dengan misi penyelamatan? Misi penyelamatan yang saya maksud adalah bagaimana caranya kita tetap bisa makan, menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasanya, berdagang tanpa adanya penyusutan perputaran barang. Dan sejatinya inti dari bekerja adalah suatu misi penyelamatan atas kehidupan kita.

Tulisan saya merupakan paparan sederhana dari seseorang yang bukan berlatar belakang pendidikan ekonomi. Tentunya masih banyak detail ekonomi yang dipelajari pada fakultas ekonomi, namun saya berharap tulisan ini berguna bagi para pembacanya.

Wednesday, February 24, 2010

Dilema mengundang orang

Layaknya orang yang bergembira karena memiliki momen khusus, orang akan merayakannya. Dan menjadi bagian dalam perayaan momen tersebut, tentunya kita ingin berbagi kebahagiaan dengan mengundang kerabat dan rekan kita. Apa yang menjadikan si empunya gawe menjadi bingung dan Menghadapi sebuah dilema di kehidupan ini?

Menyebar undangan. Kalau membuat undangan, tidak terlalu susah, kita dapat memakai jasa perancang undangan dan selanjutnya masuk ke proses produksi. Jika undangan sudah jadi dan SUDAH tercantum nama kerabat dan rekan kita, juga bukan menjadi masalah yang besar untuk mengantar undangan tersebut kepada rekan dan kerabat kita.

Namun yang paling susah adalah proses diantara membuat undangan dan membagikannya. Siapa kerabat atau rekan yang akan kita undang. Kendala pertama adalah banyaknya kuota atau tempat yang dapat kita sediakan sesuai dengan budget atau anggaran kita. Kendala yang paling krusial adalah memilah, mana kerabat atau rekan yang akan kita undang.

Tidak jarang terjadi pertentangan dalam batin sebelum menulis daftar kerabat atau rekan yang akan kita undang. Jika mengundang si A, karena kita dekat dengan A, lalu bagaimana dengan B. B dekat sekali dengan A, namun tidak terlalu dekat dengan kita. Dapat juga kita merasakan kegalauan, bagaimana jika ada kerabat atau rekan yang sakit hati karena tidak undang baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tidak sengaja dapat disebabkan kita sudah kehilangan kontak atau namanya tercecer sewaktu kita membuat daftar yang akan diundang.

Repot memang, namun suatu waktu kita harus menghadapi itu. Karena itu bagian dari kehidupan sosial. Dan saya untuk sementara 'selamat' atas tragedi diatas, karena budaya di keluarga saya tidak pernah merayakan ulang tahun. Namun suatu hari pasti akan ada saatnya untuk ber-dilema ria dalam membuat daftar undangan.

Saya hanya bisa menyimpulkan, perhatikanlah proses pembuatan daftar undangan dan jika anda sebagai teman atau kerabat yang 'terlupakan' janganlah sakit hati, pahami kesulitan mereka dan doakan saja yang terbaik bagi mereka. Kadang cuek is the best(cuek menjadi pilihan terbaik).

Friday, February 19, 2010

MLM (bagian 3) perbedaan antara MLM dan money game

Karena MLM identik dengan bisnis yang dapat digambarkan dengan skema pohon keluarga, banyak orang terjebak dengan money game, dimana skema yang digunakan sama. Lalu apa yang dapat membedakan keduanya?

Syarat utama sebuah perusahaan dapat dikategorikan MLM adalah adanya produk atau barang yang dijual. Namun bukan sembarang produk dapat dijual dengan sistem MLM. Produk yang dijual harus memiliki margin atau keuntungan di kisaran 50% dari harga jualnya. Semisal produk toples, di pasaran dijual dgn harga kisaran Rp 20.000,- , namun harga jual dari perusahaan multilevel kisaran Rp 100.000,- . Mungkin selisih harga tersebut merupakan biaya untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik dengan jumlah produksi yang terbatas dan tentunya untuk bonus para anggotanya.

Sedangkan ciri-ciri money game, mereka tidak mempunyai produk pasti yang dijual atau produknya tidak memungkinkan untuk dipasarkan dengan target keuntungan 50% dari harga jual. Terkadang ada money game yang mempunyai produk yang dijual, namun yang menjadikan mereka tetap sebuah money game adalah bonus yang diberikan HANYA berdasarkan rekrutmen anggota baru.

Lalu bagaimana dengan usaha pulsa yang meng-klaim dirinya menggunakan MLM? Mereka sebetulnya menggunakan sistem member get member, anggota lama mencari anggota baru, dan anggota lama mendapat bonus sebesar x rupiah atas penjualan anggota baru yang direkrutnya. Ini menurut saya merupakan sistem perdagangan tradisional, dimana mata rantai distribusinya ditransformasikan seperti skema MLM.

Sedangkan MLM di dunia maya yang menawarkan fasilitas seperti blogger, apa memenuhi kriteria MLM? Ya, karena ada barang yang dijual, yaitu domain dan hosting. Serta ada software atau jasa yang memudahkan orang awam yang ingin mempunyai situs dengan nama situs sesuai dengan keinginan mereka(selama nama situs belum dimiliki oleh orang lain).

Thursday, February 18, 2010

MLM (bagian 2) istilah-istilah dalam MLM

Setelah mengetahui sistem kerja dari MLM(multilevel marketing), kita perlu mengetahui istilah-istilah dalam MLM. Saya coba membahas beberapa istilah dalam MLM.

Upline, anggota yang terlebih dahulu menjadi anggota MLM, yang nantinya mempunyai beberapa downline. Upline dapat kita samakan sebagai orang tua dalam pohon keluarga, bertugas membantu downline dalam mengembangkan jaringan.

Downline merupakan anggota yang menjadi anggota MLM. Dapat kita analogikan sebagai anak dari upline. Karena di beberapa perusahaan MLM tertentu ada batasan dalam memiliki downline, maka penempatan posisi member baru dalam skema jaringan downline dapat ditempatkan sebagai cucu atau cicit dalam bagan keluarga.

Starter pack adalah sepaket barang yang diberikan sewaktu mendaftar menjadi anggota suatu perusahaan MLM.

Tutup point musti dilakukan seorang anggota perusahaan MLM sebagai syarat menerima bonus(jika ada) pada periode tertentu(pada umumnya tiap bulan). Jika anggota MLM tidak tutup poin maka secara otomatis bonusnya akan hangus/hilang(jika pada periode tertentu si anggota semestinya mendapat bonus).

Bonus adalah pendapatan seorang anggota MLM atas hasil kerjanya. Banyak hal yang dihargai oleh perusahaan MLM, namun apa saja hasil kerja yang diberikan oleh perusahaan MLM dan berapa besarannya tergantung kebijakan dari masing-masing perusahaan MLM.

Tuesday, February 16, 2010

Olahragawan sejati

Olah raga, salah satu kegiatan yang dibutuhkan dan penting bagi kehidupan manusia. Jika dilihat dari hal yang paling mendasar, manfaat olah raga adalah membuat badan kita sehat, selain asupan gisi yang seimbang dan pola hidup yang baik. Olah raga berdampak pada keseimbangan metabolisme tubuh, mengeluarkan zat-zat yang berlebihan di dalam tubuh dan dapat sebagai sarana detoksinasi.

Dari sudut pandang yang lain, olah raga juga dapat membentuk pribadi yang lebih baik. Di dalam dunia olah raga kita dituntut untuk lebih sportif dan jujur. Tidak malu mengakui keunggulan atlet lain, dan jika anda ingin menjadi atlet yang sukses, jangan berhenti pada titik mengakui kehebatan para pesaing anda, anda harus lebih giat berlatih supaya ganti anda yang diakui keunggulannya dari pesaing anda. Tidak mudah cepat puas dan putus asa merupakan nilai lain jika anda ingin menjadi atlet yang sukses. Namun alangkah lebih baik lagi jika anda tidak menjadi sombong atas kesuksesan anda.

Sekedar ingin berbagi mengenai pengalaman pribadi. Saya termasuk orang yang mempunyai kemampuan di bidang olah raga, namun mungkin bukan merupakan pilihan dari teman-teman saat berolahraga. Kebetulan olah raga yang saya gemari adalah olah raga beregu. Saya mampu beradaptasi dengan teman waktu permainan dimulai, namun tujuan saya adalah bermain dengan baik, dalam artian tidak banyak melakukan kesalahan dan berguna bagi regu saya. Yang menjadi masalah, saya tidak menjadikan kemenangan sebagai tujuan saya terkecuali pada saat bertanding. Pada saat latihan saya merasa puas jika telah bermain baik, kemenangan merupakan bonus bagi saya. Saya juga memilih bermain aman, dalam artian lebih berhati-hati, supaya saya atau teman latihan jangan sampai ada yang cidera menggingat usia saya dan teman sepermainan.

Saran saya, jika anda ingin menjadi olahragawan anda tetap dapat mengambil nilai positif dari diri saya, yaitu bermain baik dan hati-hati namun anda harus memiliki nilai yang lain, jangan mau kalah dan tetaplah rendah hati.

Apa yang membuat anda merasa lebih dari orang lain? Apakah di bidang yang anda pilih tidak ada orang yang melebihi kemampuan anda?

Monday, February 8, 2010

Mulilevel Marketing (bagian 1) Apa itu multilevel marketing?

Multilevel marketing atau lebih kita kenal dengan MLM merupakan salah satu bentuk manajemen pemasaran yang ada. Sistem ini menggunakan konsumen sebagai bagian dari pendistribusian suatu barang dan sekaligus menjadikan konsumen sebagai bagian dari tenaga pemasaran dari perusahaan. Karena sistem marketing dan pendistribusian barangnya sedemikian rupa maka perusahaan telah mengurangi beban usahanya dalam pendistribusian dan marketingnya. Mereka membuat rantai distribusi lebih pendek, yaitu dari perusahaan langsung ke konsumen. Tidak seperti perusahaan konvesional yang rantai distribusinya panjang. Mulai dari perusahaan sebagai produsen, lalu distrbutor, agen, pengecer dan berakhir ditangan konsumen.

Lalu dengan skema distribusi yang semacam itu dan manajemen pemasaran yang berbeda apakah menjadikan harga barang yang dijual menjadi lebih murah? TIDAK.Karena sebetulnya yang dilakukan adalah mengalihkan alokasi dana yang semestinya dipergunakan dalam proses pendistribusian barang dan materi marketing(termasuk iklan ataupun tenaga kanvaser/kelilingan) ke dalam BONUS untuk para anggotanya. Dan tidak menutup kemungkinan harga barang lebih mahal jika dibandingkan dengan produk yang sama kualitasnya. Kita tidak mungkin mendapatkan barang dari suatu MLM dipasar bebas, karena itulah salah satu strategi penjualan dari MLM, kecuali MLM itu sudah tidak sehat,maka produknya sudah tersebar dipasar secara bebas, dan yang lebih parahnya lagi harga produk ditentukan oleh pasar.

Tulisan ini merupakan perkenalan tentang MLM. Nantikan tulisan berikutnya :).

Friday, February 5, 2010

Masalah dihadapi, resiko dihimdari(diminimalisir)

Dua penangganan yang bertolak belakang, masalah ada untuk dihadapi, sedangkan resiko perlu dihindari. Namun keduanya saling berhubungan, dan urutan yang terjadi adalah meminimalisir resiko dan selanjutnya menghadapi 'sisa' resiko setelah pengambilan keputusan.

Seperti tulisan saya sebelumnya yang membahas tentang keputusan yang kita ambil pastilah ada 'sisa' resiko yang mesti kita tanggung. Untuk mendapat hasil yang maksimal atau sesuai dengan keinginan kita, akan lebih baik jika keputusan yang kita ambil beresiko seminimal mungkin. Setelah menimbang-nimbang pilihan mana yang sesuai dengan keinginan kita dan beresiko paling kecil maka kita tentukan apa yang menjadi pilihan kita. Kita berharap keputusan itu merupakan keputusan yang terbaik, dan akan menjadi baik adanya.

Namun anda jangan bernapas lega dahulu, karena sebaik apapun keputusan yang kita ambil pastilah ada 'sisa' resikonya. Kita harus berani menghadapi masalah tersebut. Jika anda tidak siap hal yang biasa terjadi adalah menghindarinya. Yang menjadi titik perhatian setelah kita mengindar dari masalah, apakah sudah selesai? BELUM !!! Karena menghindar dari masalah sebenarnya hanya mengulur waktu, kita harus tetap menghadapinya.

Masalah yang harus dihadapi tidak semata-mata bersumber dari keputusan yang kita ambil. Tidak menutup kemungkinan berasal dari alam atau orang lain. Sebagai contoh adalah kehancuran rumah karena gempa(bencana alam) atau kebakaran karena kecerobohan anggota keluarga kita. Itu saya anggap suatu masalah, namun setelah rumah kita rusak, apakah kita harus merenung, bersedih? Boleh merenung atau bersedih karena itu ungkapan perasaan. Setelah itu, ya anda harus terus memikirkan kelanjutan hidup anda.

Yang ingin saya sampaikan, tidak mungkin anda terus menghindar dari masalah, memecahkan masalah akan membuat anda telah menyelesaikan sedikit dari total beban hidup anda. Setujukan anda?

Tuesday, February 2, 2010

Hargailah prestasi orang lain

Pernahkah anda memandang sebelah mata prestasi seseorang? Entah itu saudara, teman bawahan anda. Jika jawabannya YA, alangkah akan lebih baik jika anda berusaha untuk mengubahnya, sesuai dengan dengan kata pepatah ‘ diatas langit masih ada langit’.

Tulisan ini terinspirasi dari kejadian sewaktu saya masih di bangku sekolah dasar, saya lupa waktu itu saya kelas berapa namun itu tidak terlalu penting. Inti masalahnya bermula dari adik sepupu(SS) saya yang ditanya oleh kakak sepupu saya (ES), ED bertanya ‘dapat ranking berapa ?’ dan sejurus SS menjawab ‘ranking 5 kak’. Sang kakak sepupu mengatakan alangkah pandai kamu SS bisa mendapat ranking 5. Karena EGO saya bekata ‘ kalau kelas X dapat ranking di kelas sudah biasa, bahan pelajarannya kan masih relative lebih mudah’. ED menasehati saya ‘ kamu tidak boleh berkata seperti itu, kalau kamu mengatakan bahan pelajaran kelas X lebih mudah, apakah kamu juga mendapat ranking sewaktu kelas X? kamu dapat mengatakan bahwa pelajaran di kelas X gampang saat ini, karena kamu sudah melalui nya(semacam phase of life)’.

Dan hal ini sebaiknya menjadikan kita untuk tidak memandang sebelah mata atas prestasi seseorang. Mereka tentu mempunyai kemampuan, dan belum tentu dengan parameter-paramater tertentu kita mendapat prestasi yang baik seperti presatasi yang diraih seseorang dengan keadaan yang sama. Yang menjadi lebih penting lagi hal ini bukan hanya pada lingkungan sekolah, namun pada semua aspek kehidupan kita. Pada lingkungan pekerjaan, lingkungan social(kemampuan bersosialisasi) dan lain-lain.

Apakah anda masih akan memandang remeh prestasi seseorang?

Monday, January 25, 2010

Mulutmu harimaumu

Ungkapan ini akan menjadi benar, jika kita tidak berhati-hati dalam mengungkapkan sesuatu. Meski media yang saya gunakan adalah pesan singkat melalui operator seluler, namun bukankah itu juga merupakan kepanjangan dari mulut kita. Telah terjadi hal yang membuat saya menyesal atas pesan singkat kepada teman saya, karena pilihan kata yang kurang pas dan sentuhan hiperbola, hal ini berdampak atas hubungan pertemanan kami, walau permintaan maaf telah saya sampaikan, namu sedikit banyak pasti membawa dampak kepada hubungan kami.

Kejadian bermula saat meyampaikan kejadian dimana yang menjadi obyek berita adalah keluarga dari teman saya (inisial JT). Kami memang sudah lama berteman dan bercanda merupakan hal mutlak saat kita berkumpul dengan teman-teman yang lain. Namung karena ini menyangkut keluarganya, reaksi yang diterima akan lebih serius, ditambah sentuhan hiperbola. Mungkin reaksi teman saya tidak akan lebih serius jika pesan saya tidak berkaitan dengan keluarganya.

Namun hal ini jangan sampai menjadikan suatu alasan untuk pembenaran diri atas tindakan saya. Walaupun bercanda, tentunya kita harus lebih dapat membaca situasi dan selalu mawas diri. Memang nasi sudah menjadi bubur, yang dapat saya lakukan hanya meminta maaf dan belajar untuk dapat bersosialisasi dengan lebih baik lagi. Juga untuk pembaca semua, maafkan jika ada tulisan saya yang berkenan, saya akan sangat berterimakasih jika kekurangan saya disampaikan dalam komentar, karena tiada manusia yang sempurna, dan kritik mengantar kita untuk menjadi lebih baik.

Wednesday, January 20, 2010

Nasionalisme penangkal perdagangan bebas

Kenapa orang-orang meributkan keterlibatan indonesia dalam perdagangan bebas dengan Tiongkok? Apakah bangsa kita akan selamanya bersembunyi di belakang kebijakan pemerintah dari perdagangan bebas?

Perdagangan bebas sudah tidak dapat kita hindarkan. Yang dapat kita usahakan hanya agar bangsa ini tetap bertahan dalam dunia perdagangan bebas. Bagaimana caranya? Dengan menimbulkan kembali nasionalisme kita. Kenapa?

Dengan nasionalisme yang tinggi, kita pasti bertahan. Bagaimana Tiongkok menjadi gurita ekonomi dunia? Karena rakyat Tiongkok bangga dengan bangsanya dan mereka tidak malu dalam menggunakan produk lokal.

Penggunaan produk lokal amat besar dampaknya dalam ketahanan ekonomi dalam negeri. Saya contohkan penggunaan pakaian merk lokal. Anda berarti telah memberi penghidupan kepada beberapa jiwa. Mulai dari yang melakukan proses produksi hingga yang menjalankan distribusi. Bayangkan jika semua barang kebutuhan kita sehari-hari kita menggunakan produk lokal, apakah perdagangan bebas masih menakutkan?

Lalu bagaimana dengan rakyat yang dapat dikategorikan dalam golongan ekonomi menengah ke bawah atau penduduk di pedesaan? Mereka dpt turut andil dalam ketahanan ekonomi kita, sadarkah anda siapa yang menyediakan bahan mentah bagi industri? Siapa yang menghasilkan kapas? Siapa yang menghasilkan pangan untuk semua rakyat indonesia?

Tapi bagaimanapun,pemerintahlah yang menjadi penentu bangsa ini akan dibawa kemana, bak nahkoda dari sebuah perahu. Yang pasti, kita juga punya andil dalam mempertahankan perekonomian kita. Maukah dan sudahkah anda mengambil peran itu?

Monday, January 11, 2010

Tidak Ada keputusan/tindakan yang BENAR !!!

Mungkin akan terbesit di benak pembaca, 'Apa orang ini sehat jasmani&rohani? Sudah putus harapankah yang menulis artikel ini? Atau jangan-jangan penulis akan mengikuti tren saat ini (bunuh diri di pusat perbelanjaan)?'

Sebenarnya saya hanya ingin berbagi, bahwa sebenarnya memang tidak ada keputusan/tindakan yang benar. Apapun yang anda putuskan/perbuat, anda hanya memilih pilihan yang paling baik dari sekian banyak pilihan. Sebaik apapun pilihan yang anda pilih, pasti ada sisi kesalahan/dicela oleh orang lain. Karena pandangan tiap orang berbeda berdasarkan banyak faktor,yaitu faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, dan masih banyak lagi.

Seperti halnya hukum ekonomi, semua pilihan ada nilai positif dan negatifnya. Sebagai contoh, saat kita akan membeli baju. Pilihan pertama kita beli di departemen store, kelebihannya kualitas bahan dan proses produksinya bagus, kekurangannya dari segi harga yang relatif mahal. Pilihan kedua jika ingin membeli di pasar tradisional dengan kelebihan harga relatif murah namun terdapat kekurangan dari kualitas bahan dan proses produksinya. Sekarang giliran kita yang menentukan pilihan, berdasar kebutuhan dan keuangan kita tentukan pilihan kita,dan kita harus menerima segala kekurangan dan kelebihan dari pilihan yang kita tentukan.

Mungkin itulah gambaran mengapa keputusan/tindakan kita tidak pernah benar, pasti ada sisi negatifnya. Yang dapat kita lakukan hanya memilih keputusan yang terbaik supaya kita jangan menyesal nantinya. Setujukah anda dengan pendapat saya?

Catatan : Karena banyak komentar baik melalui facebook maupun di blogger yang mengasumsikan bahwa topik ini berkaitan dengan suatu barang, maka saya perjelas, bahwa topik ini dapat diaplikasikan di semua bidang. Anggaplah perjalanan hidup adalah persimpangan jalan, dimana setiap saat kita harus memilih/memutuskan suatu keputusan, maka yang dpat kita pilih adalah pilihan yang tebaik, dengan catatan selalu ada sisi negatif yang harus kita tanggung.

Monday, January 4, 2010

CERMIN itu LANGKA atau MAHAL?

Di tiap kota dapat dipastikan kita dapat menemukan penjual cermin. Semua pengendara kendaraan bermotor juga menggunakan cermin untuk membantunya dalam berkendara. Lalu mengapa cermin itu langka atau mahal? Karena cernin yang saya maksud digunakan manusia yang ingin mengembangkan dirinya.

Kenapa manusia sulit untuk melihat dirinya terlebih dahulu sebelum menegur atau membicarakan orang lain. Kenapa manusia selalu merasa dirinya adalah yang paling benar? Jawabannya hanya satu, EGO. Karena ego ini orang menjadi congkak. Orang lebih mementingkan harga diri daripada menjadi orang yang tau diri. Ada beberapa orang suka memberikan kritik terhadap orang lain tanpa melihat terlebih dahulu kepribadiannya seperti apa.

Apakah mereka tidak menjadi lebih malu karena kritik yang mereka tujukan kepada orang ternyata juga terdapat dalam diri mereka. Entah kritik itu adalah kritik atas kelakuan orang lain ataupun kepribadian orang lain. Kenapa mereka tidak bercermin terlebih dahulu sebelum melontarkan kritik?

Saya bukan tipe manusia yang menutup diri akan kritik, karena kritik dapat membuat orang lebih berkembang, namun alangkah lebih baik jika yang melontarkan kritik telah mengkritik dirinya sendiri. Untuk kritik yang menyangkut fisik, saya sama sekali tidak setuju, karena itu anugrah Tuhan, dan mereka akan menjadi sangat sensitif dengan itu. Fisik yang saya maksud adalah yang bersifat bawaan dan tidak dapat dirubah, seperti tinggi badan, rambut botak, warna kulit dll.

Sudahkah anda bercermin hari ini?

Saturday, January 2, 2010

Kapan ANAK dianggap DEWASA?

Apakah setelah si anak berusia 17 tahun? Setelah si anak mendapat KTP(dianggap dewasa oleh negara)? Setelah si anak bekerja? Setelah si anak menikah? Setelah si anak beranak pinak?

Di sini saya ingin berbagi, kenapa kita(kaum anak) sebagian besar dianggap masih belum dewasa oleh orang yang lebih tua. Seakan-akan kita tidak bisa berkembang menjadi dewasa, dan selalu melakukan kesalahan. Kesalahan itu wajar, namun akan lebih baik jika kesalahan menjadikan si anak menjadi berkembang. Secara umum, jika saya bertanya apakah anda tidak pernah salah? Baik anda yang berusia muda maupun yang sudah berumur, anda pasti akan menjawab pernah, jika anda menjawab tidak, apakah anda TUHAN? Yang sudah berumur juga pernah melakukan kesalahan, tapi mengapa orang yang lebih muda ketika melakukan kesalahan seakan-akan dunia menjadi kiamat karena kesalahan ya diperbuatnya? Kenapa jika yang melakukan kesalahan yang sudah berumur, mereka akan lebih sulit untuk meminta maaf? Apakah ego mereka lebih tinggi untuk mengakui kesalahan yang diperbuatnya? Sulitkah bagi mereka untuk menjadi gentle man?

Maafkan saya jika pembaca sudah berumur dan merasa terpojokkan dgn tulisan saya diatas. Sebenarnya saya hanya menginginkan orang bertoleransi, bisa mengerti dan memahami orang lain. Pertengkaran antara anak dan orang tua akan sesuatu hal atas kesalahan anak dapat dihindari, jika mereka dapat berkomunikasi dengan lebih baik, mereka bisa saling mengerti akan kebutuhan dan keadaan masing-masing. Apakah sulit bagi anak untuk mengerti keinginan orang tua? Apakah juga menyulitkan orang tua untuk mengerti impian si anak dengan memahami gejolak muda dari si anak?
Seperti tulisan saya tentang fase kehidupan, apakah orang tua sewaktu muda tidak pernah berbuat salah? Apakah orang tua sewaktu muda juga dipersalahkan orang tua mereka sewaktu berbuat salah dan melakukannya kepap anak2 mereka? Tidak kah lebih baik jika orang tua tidak menyalahkan/mengatur anak mereka terlalu jauh, dengan masukkan berdasar pengalaman dari orang tua saya rasa akan menjadi lebih berarti untuk si anak dalam mengambil keputusan, karena anak juga berkembang dan tentunya dapat berpikir dalam mengambil keputusan.

Angan-angan yang terlalu tinggi untuk dicapai? Hanya diperlukan komunikasi dan toleransi, beratkah hal tersebut?