Tuesday, March 30, 2010

Wiraswasta itu enak(menurut pendapat banyak orang)

Kerja apa pak? Tanya seorang yang baru saya kenal disela-sela waktu menunggu kedatangan kereta api yang akan membawa kami ke kota tujuan yang sama. 'Wiraswasta' jawab saya. Sepontan bapak yang baru saya kenal mengutarakan pendapatnya 'Enak ya jadi wiraswasta, kerja tidak ada yang memarahi, hasilnya lumayan'. Ya begitulah pandangan kebanyakan orang tentang wiraswasta.

Hal yang sudah umum untuk melihat sesuatu hanya dari segi positifnya saja atas pekerjaan orang lain. Sebenarnya dibalik segi positif yang terlihat begitu menggiurkan ternyata tersimpan juga sisi negatifnya(resiko dan kesulitan) dalam berwiraswasta.

Banyak hal sisi negatif sebagai wiraswasta. Yang pertama dan mendasar adalah modal, untuk membangun usaha kita memerlukan modal. Dengan asumsi kita sudah memiliki gagasan atas usaha yang akan kita geluti. Nominal uang yang dibutuhkan juga tidak sedikit, karena selain kita harus menyediakan modal awal sebagai awal usaha kita, kita juga harus menyediakan dana untuk operasional usaha kita minimal 1 tahun setelah usaha kita dimulai. Karena usaha baru ada kemungkinan bisa dikatakan mulai berjalan setelah 1 tahun. Kita mesthi besabar dalam membentuk pasar yang menjadi target penjualan(konsumen) atas usaha kita.

Setelah modal ada dan persiapan memulai usaha telah selesai, kita memulai fase untuk diuji kesabarannya. Pada umumnya pada awal-awal memulai usaha penghasilan bersihnya (laba) mengalami angka minus atau merugi. Hal ini disebabkan konsumen belum terlalu banyak. Untuk bisa menutupi biaya operasional(gaji pegawai,listrik, dan pengeluaran rutin untuk berjalannya usaha kita) pada beberapa bulan setelah kita membuka usaha adalah pencapaian yang bagus. Meski ada juga jenis usaha yang ramai diawal memulai usaha dan jika tidak sesuai dengan selera pasar malah merugi setelah beberapa saat usaha dimulai, contohnya usaha makanan. Biasanya orang akan tertarik untuk mencoba makan di rumah makan baru untuk mengetahui rasa,suasana dan pelayanannya, apakah sesuai dengan harga jual. Dan hal ini yang membuat banyak orang berbondong-bondong mencoba makan di rumah makan baru tersebut, dan jika harga,pelayanam, dan suasananya tidak sebanding dengan harga makan berangsur-angsur konsumen tidak akan makan dirumah makan tersebut lagi.

Kesulitan yang lain sebagai wiraswasta adalah pengelolaan keuangan. Dimana mereka mendapat pemasukan sedikit setiap hari, namun pada saat tertentu pengeluarannya besar untuk membeli barang dagangan. Disini wiraswasta dituntut untuk dapat membedakan pendapatan yang merupakan laba atau simpanan untuk membeli barang dagangan.

Setelah usaha berjalan(laba dapat menutupi biaya operasional) wiraswasta mesti mengusahakan supaya usahanya terus berkembang. Supaya usahanya tidak tergerus kemajuan jaman, wiraswasta harus membuka wawasan agar usahanya bisa tetap berjalan seiring kemajuan jaman.

Susah juga ya jadi wiraswasta? :) . Tapi yang seharusnya selalu berpikir positif adalah wiraswasta itu sendiri,supaya usahanya terus berkembang. Karena karyawan yang anda pekerjakan juga mengginginkan perkembangan taraf hidupnya.

Wiraswasta itu enak(menurut pendapat banyak orang)

Kerja apa pak? Tanya seorang yang baru saya kenal disela-sela waktu menunggu kedatangan kereta api yang akan membawa kami ke kota tujuan yang sama. 'Wiraswasta' jawab saya. Sepontan bapak yang baru saya kenal mengutarakan pendapatnya 'Enak ya jadi wiraswasta, kerja tidak ada yang memarahi, hasilnya lumayan'. Ya begitulah pandangan kebanyakan orang tentang wiraswasta.

Hal yang sudah umum untuk melihat sesuatu hanya dari segi positifnya saja atas pekerjaan orang lain. Sebenarnya dibalik segi positif yang terlihat begitu menggiurkan ternyata tersimpan juga sisi negatifnya(resiko dan kesulitan) dalam berwiraswasta.

Banyak hal sisi negatif sebagai wiraswasta. Yang pertama dan mendasar adalah modal, untuk membangun usaha kita memerlukan modal. Dengan asumsi kita sudah memiliki gagasan atas usaha yang akan kita geluti. Nominal uang yang dibutuhkan juga tidak sedikit, karena selain kita harus menyediakan modal awal sebagai awal usaha kita, kita juga harus menyediakan dana untuk operasional usaha kita minimal 1 tahun setelah usaha kita dimulai. Karena usaha baru ada kemungkinan bisa dikatakan mulai berjalan setelah 1 tahun. Kita mesthi besabar dalam membentuk pasar yang menjadi target penjualan(konsumen) atas usaha kita.

Setelah modal ada dan persiapan memulai usaha telah selesai, kita memulai fase untuk diuji kesabarannya. Pada umumnya pada awal-awal memulai usaha penghasilan bersihnya (laba) mengalami angka minus atau merugi. Hal ini disebabkan konsumen belum terlalu banyak. Untuk bisa menutupi biaya operasional(gaji pegawai,listrik, dan pengeluaran rutin untuk berjalannya usaha kita) pada beberapa bulan setelah kita membuka usaha adalah pencapaian yang bagus. Meski ada juga jenis usaha yang ramai diawal memulai usaha dan jika tidak sesuai dengan selera pasar malah merugi setelah beberapa saat usaha dimulai, contohnya usaha makanan. Biasanya orang akan tertarik untuk mencoba makan di rumah makan baru untuk mengetahui rasa,suasana dan pelayanannya, apakah sesuai dengan harga jual. Dan hal ini yang membuat banyak orang berbondong-bondong mencoba makan di rumah makan baru tersebut, dan jika harga,pelayanam, dan suasananya tidak sebanding dengan harga makan berangsur-angsur konsumen tidak akan makan dirumah makan tersebut lagi.

Kesulitan yang lain sebagai wiraswasta adalah pengelolaan keuangan. Dimana mereka mendapat pemasukan sedikit setiap hari, namun pada saat tertentu pengeluarannya besar untuk membeli barang dagangan. Disini wiraswasta dituntut untuk dapat membedakan pendapatan yang merupakan laba atau simpanan untuk membeli barang dagangan.

Setelah usaha berjalan(laba dapat menutupi biaya operasional) wiraswasta mesti mengusahakan supaya usahanya terus berkembang. Supaya usahanya tidak tergerus kemajuan jaman, wiraswasta harus membuka wawasan agar usahanya bisa tetap berjalan seiring kemajuan jaman.

Susah juga ya jadi wiraswasta? :) . Tapi yang seharusnya selalu berpikir positif adalah wiraswasta itu sendiri,supaya usahanya terus berkembang. Karena karyawan yang anda pekerjakan juga mengginginkan perkembangan taraf hidupnya.

Thursday, March 25, 2010

Manajemen keuangan itu fleksibel

Manajemen keuangan fleksibel disini dikarenakan disesuaikan dengan masing pekerjaan anda. Bukannya kita dapat merubah(pada umumnya pengeluarannya membengkak) sesuai keinginan kita, bukannya karena kebutuhan terutama kebutuhan yang mendadak.

Tiap pekerjaan yang kita tekuni memiliki manajemen keuangan yang berbeda-beda. Meskipun sama-sama berdagang, tentunya akan berbeda cara mengatur keuangan jika jenis barang yang diperdagangkan juga berbeda.

Contohnya usaha dagang dengan barang dagangan barang kebutuhan pokok (lebih dikenal dengan toko kelontong /meracangan) dengan toko pakaian. Toko yang menjual barang kebutuhan pokok akan lebih mementingkan omsetnya. Karena mayoritas keuntungannya relatif kecil, namun toko yang menjual pakaian tentunya akan cenderung lebih mengutamakan kualitas dari laba. Hal ini dikarenakan orang tidak tiap hari membutuhkan(membeli) pakaian sedangkan barang kebutuhan pokok dibutuhkan setiap hari oleh manusia untuk kelangsungan hidupnya.

Meski sama-sama bekerja sebagai pedagan, namun manajemen keuangannya sudah berbeda. Bagaimana kalau pekerjaannya berbeda jauh? Semisal petani dan karyawan. Karyawan tiap awal bulan menerima gaji, mereka perlu mengatur keuangannya agar dapat bertahan hinga akhir bulan. Sedangkan petani menerima pendapatan tiap habis memanen dan harus menyisakan sebagian pendapatannya untuk persiapan musim tanam berikutnya dan mengatur pendapatannya sampai masa panen berikutnya.

Lebih enak yang mana? Pedagang yang setiap hari memperoleh pendapatan, karyawan yang tiap bulan mendapat gaji atau petani yang pada masa panen mendapat penghasilan? Pendapat saya, sama saja. Karena pendapatan tiap hari dari pedagang dalam satu bulan kurang lebih equivalen(setara) dengan gaji karyawan tiap bulannya. Begitu juga jika pendapatan karyawan dan pedagang dibandingkan dengan pendapatan petani. Yang berbeda hanya waktu penerimaannya saja.

Untuk jumlah pendapatan, tergantung dari besar kecilnya usaha. Jika petani ingin berpendapatan lebih maka yang harus dilakukan adalah menambah luas tanah garapan, sedangkan pedagang dengan menambah omset penjualan dan karyawan dengan naik jabatan.

Hal ini menarik untuk saya tulis atas dasar keluhan seorang teman yang berprofesi sebagai petani. Dia mengeluh karena pendapatan yang diperolehnya beberapa bulan sekali.

Sebenarnya yang menjadi masalah bukan kapan kita mendapatkan penghasilan, namun bagaimana mengelola pendapatan kita. Setujukah anda akan hal ini?

Thursday, March 18, 2010

Tidak ada yang abadi di dunia ini KECUALI PERUBAHAN

Suatu hal yang saya yakini dan saya diyakinkan dengan pernyataan dari seseorang yang baru saya kenal 4 jam. Dalam suatu percakapan yang santai dengan orang yang baru saya kenal, meluncurlah sebuah pernyataan 'tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan'.

Sebelumnya akan saya akan sedikit bercerita tentang orang tersebut (inisial M) dan yang melatarbelakangi perkenalan saya dengannya. Kebetulan tunangan saya menjadi anggota franchise dan salah satu hak dari tunangan saya adalah mendapat kunjungan dari pusat untuk mengevaluasi usahanya. Sebagai pihak yang kedatangan tamu, saya sedikit mengenalkan beberapa macam makanan tradisional dari daerah tempat saya tinggal(kebetulan saya berdomisili di sebuah kota yang menjadi salah satu tujuan wisata dan wisata kuliner menjadi salah satu daya tariknya, Surakarta atau lebih dikenal denpan sebutan Solo).

Pembicaraan dari awal pertemuan kami sudah pasti lebih banyak tentang usaha yang digeluti tunangan saya, namun Bapak M ternyata mempunyai wawasan luas, dan dapat beradaptasi dalam bersosialisasi dengan cepat. Mungkin pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, dia berdomisili di ibukota negara(Jakarta). Sembari berbagi pengalaman dan wawasan yang menyangkut usaha tunangan saya, terselip pembicaraan yang pokok bahasannya cukup umum, dan entah dari mana awal mulanya, maka terucap pernyataan dari Bapak M 'tidak ada yang abadi/kekal di dunia ini kecuali perubahan'.

Saya sangat setuju dengan hal itu dan menjadi yakin akan pandangan saya setelah mendengar pernyataan Bapak M. Orang yang baru saya kenal kurang dari 24jam. Coba kita amati, mulai dari kehidupan ekonomi sampai sosial semuanya berubah dengan dinamis menyesuaikan dengan berjalannya waktu.

Contoh dari aspek ekonomi, pada awal tahun 80an, sepatu bata menjadi salah satu merk favorit, namun seiring berjalannya waktu, merk luar pun mulai mengambil alih peran sepatu bata. Walau tidak dipungkiri masih ada pengemar atau pemakai setia dari bata, namun kue(bagian) pangsa pasarnya telah tergerus/berkurang oleh merk lain. Bahkan dalam tulisan marathon(100 edisi) pakar marketing (Hermawan Kertajaya) di salah satu harian terkemuka juga sepaham jika perubahan mutlak diperlukan untuk berkembang atau minimal sekedar bertahan.

Dari segi kepribadian, hal tersebut(perubahan) juga diperlukan, supaya kita menjadi orang yang lebih baik. Dengan menjadi orang mau mengembangkan dirinya, diharapkan hidup yang kita jalani akan lebih baik lagi. Pengembangan diri dapat dari aspek prilaku, pandangan hidup, keahlian, dan masik banyak lain.

Dalam mengembangkan diri juga tidak terlalu sulit, asal kita mau membuka diri dan mempunyai niat. Membuka diri adalah hal yang perlu dilakukan agar kita jangan tebelenggu dalam suasana pembenaran diri, karena hal itu menghambat pemgembangan diri kita. Namun jangan terlalu dibuka, karena akan berbahaya jika tidak ada penyaringnya, kita akan salah arah jika tidak menyaring masukkan yang kita terima.

Nah,siapkah kita untuk berubah?

Friday, March 5, 2010

Pengamen

Orang atau sekumpulan orang yang mempunyai keahlian dalam bidang seni, mempertunjukkan keahliannya dalam bidang seni dan 'berharap' apresiasi dari yang menikmati karya seninya.

Kenapa kata berhara saya beri tanda kutip, karena menurut saya hukumnya tidak wajib untuk memberikan apresiasi. Karena seni sifatnya subyektif, tidak terukur malah lebih cenderung atas dasar suka atau tidak suka(like and dislike). Apresiasi kepada karyaseni juga bermacam-macam, dapat berupa penghargaan, tepuk tangan(tanda menyukai atau kagum) namun juga dapat berupa materi.

Nah, sekarang saya akan mencoba mengutarakan pendapat saya mengenai seni di bidang tarik suara. Saya akan memberikan materi berupa uang kepada pengamen, jika saya merasa suka dengan keahliannya bermusik, santun(dalam artian mereka tetap 'berharap' apresiasi) dan menghargai apresiasi saya. Yang saya tidak suka dari pengamen adalah mereka 'memaksa' diapresiasi, hanya menjadikan pengamen sebagai kedok mengemis(bermodalkan alat musik yang terbuat dari tutup botol minuman bersoda, tanpa menyanyi,kadang dibumbui muka masam ketika tidak diberi uang), atau pengamen di pusat keramaian dimana setiap beberapa menit silih berganti pengamen datang dan lebih parahnya terkadang alat musik yang digunakan sama.

Memang banyak cerita pengamen menjadi orang terkenal. Dan mungkin dari pengamen merupakan jalan untuk menyalurkan hobi seni atau jalan menuju sukses. Namun alangkah lebih bijak jika anda menyalurkan hobi anda tanpa menganggu kenyamanan orang lain.

Tulisan ini untuk memberikan penjelasan yang lebih rinci atas pengunaan kata pengamen pada tulisan saya dengan judul 'Teguran di Persimpangan Jalan'. Mohon maaf jika ada pihak yang kurang berkenan dengan tulisan-tulisan saya.

Thursday, March 4, 2010

Teguran di Persimpangan Jalan

Suatu ketika saat bepergian dengan teman, pada saat kendaraan kami berhenti di persimpangan jalan karena lampu lalu lintas(traffic light) sedang berwarna merah saya ditegur oleh teman saya 'Apa uang kecilmu(recehmu) habis? Pake ini saja(teman saya menawarkan uang receh/kecil)'. Kebetulan saya yang mengemudikan kendaraan dan maksud teman saya menanyakan uang receh/kecil untuk memberi sedekah kepada pengemis.

Saya jawab 'ada kok (uang kecil/receh saya masih ada)'. Lalu setelah beberapa saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau, setelah beberapa saat saya menerangkan alasan saya tidak memberi sedekah kepada para pengemis.

Saya memang sudah lama tidak memberi sedekah kepada para pengemis. Alasan saya, mereka masih muda dan bisa berkarya, kenapa mereka 'merendahkan diri' mereka sendiri dengan meminta-minta kepada orang lain. Meski cacat, tentunya ada kegiatan yang dapat mereka lakukan selain mengemis. Mereka hanya tidak mau berusaha. Dan yang lebih parahnya, ada sebagian dari mereka yang menjadikan pengemis sebagai pekerjaan mereka.

Ini fakta dan saya pernah mendengar ini dari teman saya yang kebetulan mempunyai usaha sablon dalam skala rumahan. Ada karyawan teman saya yang sudah berumur (kisaran 45 tahun) yang ijin tidak masuk hanya pada hari jumat. Alasannya? Upah harian yang diterima sebagai buruh sablon lebih kecil daripada mengemis. Ada juga karyawan yang lain dan masih berada pada usia produktif(kisaran 25 tahun), dia berhenti bekerja tanpa pamit. Setelah didatangi rumahnya, dari keterangan keluarga dan tetangga terdekatnya ternyata karyawan teman saya itu KEMBALI menjadi pengamen, lagi-lagi dengan alasan pendapatan yang lebih besar jika menjadi pengamen. SUNGGUH pengakuan MENCENGANGKAN.

Mereka rela berpanas-panas di persimpangan jalan, menanggung malu dengan meminta-minta. Dari sini beberapa dari anda mungkin berpikir, penjabaran diatas hanya sebuah 'pembenaran diri' dari penulis atas ketidak sosialan penulis. Sekarang saatnya pembenaran diri saya jabarkan, saya lebih memilih membantu yayasan penyandang cacat atau yatim piatu agar mereka dapat mempunyai keahlian.

Dan jika saya memberi sedekah, dan beberapa orang juga memberi sedekah juga. Maka jika dijumlah, sedekah yang mereka dapat(pengemis,anak jalanan,pengamen,dll) akan selalu melebih i upah yang mampu diberikan oleh usaha rumahan. Jika demikian maka akan lebih banyak lagi pengemis,anak jalanan,pengamen,dll karena pekerjaan yang menjajikan upah diatas pendapatan mereka semakin terbatas dan memerlukan keahlian khusus(yang mungkin tidak dimiliki oleh mereka). Lalu apa yang akan terjadi dengan usaha rumahan yang selama ini digembar-gemborkan sebagai penopang ekonomi nasional saat krisis 2008 terjadi?

Tapi yang menjadi lebih penting adalah pengembalian moral anak muda, agar mereka mau bekerja keras(memeras keringat) untuk mendapatkan sesuatu. Dan tentunya dengan berkarya,bukan bermandikan peluh karena panasnya sengatan sinar mentari di perempatan jalan dan menengadahkan tangan.

Monday, March 1, 2010

Mega teater dengan judul 'Lelakoning Urip' (Jalan Hidup)

Lelakoning urip yang dapat diartikan jalan hidup. Sebuah cerita yang sangat menarik untuk disimak, setting panggung dan pemainnya pun berkelas. Lalu kapan dan dimana acara ini diadakan?

Teater tersebut diadakan di dunia ini sebagai panggung sandiwara, kapan waktunya? Sepanjang bumi masih berotasi(berputar pada porosnya) dan masih terdapat makhluk hidup yang menghuninya. Kenapa saya tertarik membahas topik ini? Karena sebegitu menariknya kehidupan ini dengan dibumbui berbagai kegiatan yang begitu dinamis.

Sebagaimana tujuan dari sandiwara yang ingin menyampaikan sebuah pesan, maka kehidupan begitu adanya. Yang menarik setiap dari kita dapat berperan ganda. Baik sebagai penonton dari suatu babak dalam drama kehidupan ini dan sebagai pelaku. Jadi anda maupun saya dapat mengambil hikmah dari kejadian tiap detik dalam hidup ini sekaligus dapat mempraktekkan pesan setelah kita amati kejadian yang terjadi di sekitar kita.

Dan yang lebih hebatnya lagi, kita sebagai pemeran dalam kehidupan ini kita tidak perlu belajar akting, tidak perlu mengikuti audisi atau seleksi sebagai pemeran. Jalan ceritanya pun begitu dinamis, tanpa skrip atau naskah. Alur ceritanya terbentuk dari masing individu yang memerankannya. Tidak ada pembagian diawal cerita apakah seseroang menjadi tokoh jahat(antagonis) maupun tokoh baik(protagonis). Lalu siapa yang menentukan seseorang menjadi antagonis atau protagonis? Yang orang itu sendiri.

Hebat bukan? Lalu apa yang menjadi tujuan saya membahas ini? Hidup hanya sekali, tiada yang abadi di dunia ini. Memberi kesan baik dan berusaha menjalani hidup dengan sebaik mungkin(walau kadang musti hidup susah) akan lebih memuaskan batin kita, setujukah anda?

Mari kita menjalankan peran kita masing-masing dalam kehidupan ini. Bukankah sudah merupakan berkah kita mendapat peran tanpa seleksi terlebih dahulu ;)