Monday, December 28, 2009

Karyawan sebagai Bos atau Bos sebagai Karyawan?

Seperti ramalan sang empu joyoboyo, jaman e jaman edan,sing ora edan ora kumanan(jamannya sudah berubah, yang tidak gila tidak kebagian). Sudah banyak norma dalam masyarakat yang berubah, bahkan kegiatan yang dahulunya dianggap jelek sekarang sudah dianggap wajar. Lalu apa hubungannya dengan judul diatas?

Sekarang ini banyak karyawan(terutama yang mempunyai kemampuan tertentu) menempatkan dirinya layaknya Bos. Supaya tidak rancu, kita sepakati dahulu, bos disini kita artikan orang yang mempunyai usaha dan memperkejakan beberapa(bahkan banyak) karyawan. Karyawan banyak yang mempunyai pandangan 'jika tidak saya, maka perusahaan(yang dipimpin bos) tidak akan berjalan lancar'. Karyawan yang seperti ini biasanya akan bekerja semau dia, tidak begitu menghormati Bos, atau akan selalu meminta kenaikan gaji.

Sepatutnya anda berhati-hati jika anda karyawan dgn pemikiran atau bertingkah laku seperti gambaran diatas, untuk saat ini banyak sumberdaya yang belum terserap di dunia kerja sehingga memudahkan bagi si Bos untuk meregenerasi anda. Mungkin beberapa pihak akan berasumsi bahwa penulis terlalu memihak Bos dan tidak pernah menjadi karyawan. Jika anda salah satu orang yang berpikiran demikian, anda salah, saya pernah menjadi karyawan, dan sedang dalan proses belajar menjadi bos yang baik.

Karyawan seyogyanya memenuhi kewajibannya, dan bos memberikan hak atas karyawan. Jika karyawan ingin mendapat lebih maka kewajiban yang harus dipenuhi juga harus lebih. Namun jika perusahaan tidak memenuhi hak karyawan yang memberikan kewajiban yang maksimal, anda jangan menggerutu. Ungkapkan apa yang menjadi keinginan anda dari perusahaan atas hasil kerja anda. Bila perusahaan tidak dapat memenuhinya dan anda dapat tawaran lebih, menjadi sah jika anda mengambil tawaran tersebut. Inilah yang dinamakan adil(menurut saya), karena menggerutu tidak menyelesaikan masalah.
Bagaimana peran bos? Pandangan saya bos lebih berat lagi tanggung jawabnya, mereka harus memikirkan kelanjutan dari hidup karyawannya. Mereka mendapat pekerjaan rumah dari karyawan, bagaimana caranya mengembangkan usaha. Dimana dengan berkembangnya usaha akan berdampak dengan kenaikan upah karyawan(kesejahteraan dari karyawan meningkat), di lain pihak tentu pendapatan dari Bos juga meningkat dan itu adalah wajar, karena bos yang berusaha mengembangkan perusahaan. Hal yang tidak wajar apabila perusahaan berkembang pesat namung kesejahteraan karyawan hanya sedikit mengalami peningkatan atau bahkan stagnan.

Nah,Lalu apa hubungannya judul diatas dengan yang telah saya paparkan diatas? Bos yang bersusah payah berusaha mengembangkan usaha, mereka bekerja seperti karyawan yang workaholik,namun karyawan bekerja semaunya sendiri atau menuntut kenaikan kesejahteraan yang tidak sebanding dengan apa yang telah dikerjakan. Akan menjadi lebih baik jika bos mau tau kesejahteraan karyawannya dan karyawan bekerja untuk memenuhi kewajibannya. Apabila kita mengetahui peran, hak dan kewajiban nya masing, niscaya hidup akan lebih enak untuk dijalani. Seperti mengemudi di jalan bebas hambatan. Semoga....

Saturday, December 26, 2009

Apa tujuan hidup Anda?

Pertanyaan yang mendasar, namun menjadi mudah-mudah susah dalam menjawabnya. Sebetulnya dapat dibuat mudah, jika anda pasrah dan mengikuti alur dari kehidupan ini, namun menjadi sangat komplek jika kita memiliki ambisi yang besar. Jadi apakah mempunyai ambisi yang besar salah? Tidak, 1000% tidak salah, bahkan orang harus memiliki ambisi untuk dapat berkembang.

Apa yang mejadi tujuan hidup anda? Menjadi orang kaya?menjadi orang terkenal? Apa yang akan anda lakukan jika sudah kaya? Seberapa kaya yang anda inginkan? Apakah setelah kaya anda bahagia? Begitupula jika anda ingin menjadi terkenal,beberapa pertanyaan diatas dapat anda aplikasikan.

Memang tidak dapat dipungkiri, manusia hidup memerlukan materi. Kita perlu materi untuk dapat bertahan hidup, kita perlu materi untuk membeli makanan dan minuman yang menjadi salah satu dari tiga kebutuhan pokok(pangan,papan,sandang). Meski hal ini mungkin dapat anda counter(tidak setuju atas pernyataan saya), bagaimana jika hidup di desa atau hutan, dimana air dan makanam dapat kita ambil dari alam. Memang jika kita tengok ke belakang, Tuhan telah menyediakan semua kebutuhan semua makhluk hidup, namun dengan adanya perkembangan peradaban juga telah berkembang. Apakah kita tidak memerlukan materi? Pasti perlu, namun pertanyaan selanjutnya, sebanyak apa? Sampai cukup? Apa yang menjadi batas cukup anda? Bahagiakah anda?
Kenapa bahagia selalu menjadi pertanyaan terakhir dari saya? Karena menurut saya, bahagia,tentram dan damai menjadi tujuan hidup saya. Bagaimana caranya supaya kita dapat hidup damai? Anda harus dapat menempatkan diri anda, baik dalam keadaan susah, gembira, di masyarakat. Jika ego kita masih besar, kita akan kesusahan dlm menempatkan diri, akan menjadi baik jika kita senantiasa mengembangkan diri dan berani bercermin untuk memperbaiki kesalahan dan tingkah laku kita.

Jika saya ingin melalui kehidupan ini dengan sesuatu yang lebih baik, dengan cara selalu mengembangkan diri namun yang lebih penting hidup harus bahagia dan tentram(meski duka&kecewa mesti kita hadapi karena itulah yang membuat kehidupan menjadi menarik).

Bagaimana dengan anda?apa yang menjadi tujuan hidup anda? Mungkin hari-hari menjelang pergantian tahun dapat anda manfaatkan untuk menemukan hal yang ingin anda lakukan di tahun mendatang.

Friday, December 25, 2009

MINTA Dimengerti tanpa mau Mengerti

Momennya mungkin sedikit cocok dgn judul diatas, bertepatan dgn hari raya Natal, semoga ide saya menjadi inspirasi untuk mengembangkan diri. Sejatinya, manusia akan merasa bosan dgn kehidupan, karena jika mau dievaluasi, hidup itu ya hanya seperti begitu-begitu saja. Tanpa adanya 'Sandiwara Kehidupan' dan niatan pengembangan diri, bisa dikatakan hidup akan menjadi datar-datar saja. Tidak ada bumbu kehidupan, yg dapat membuat hidup menjadi lebih hidup(losta masta jika dalam bahasa iklan yang sempat populer).

Pengembangan diri untuk topik ini sejatinya untuk menjadikan manusia lebih ingin menjadi subyek(awalan me-), bukan obyek(awalan di-). Lebih nyaman untuk menjadi obyek, namun sampai kapan anda akan menjadi obyek. Maaf, bukannya saya tidak memiliki rasa bangga menjadi orang indonesia, namun banyak orang indonesia yang lebih memilih menjadi obyek, meskipun hal itu tergantung dari tingkat pendidikan, ekonomi, lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Menjadi obyek akan menghambat kita maju, bahkan akan menghancurkan kita, contoh kecil dan paling yang dpt kita temui, untuk tahu diri akan hak dan kewajiban dalan mengantri, mereka lebih banyak minta dimengerti daripada mengerti, jika datang belakangan, akan sangat wajar jika dilayani belakangan.

Memang tidak bisa dipungkiri manusia adalah makhluk sosial yang ingin diperhatikan, dimengerti, disayang, dimanja, dan masih banyak lagi di- di- yang lain. Tapi apakah tidak menjadi lebih baik jika anda bisa mengerti,memperhatikan, menyayangi, memanjakan orang lain? Apakah anda tidak mendapat suatu kepuasan tersendiri setelah anda melakukan hal diatas untuk orang lain? Akan menjadi lebih berarti lagi,jika anda melakukannya dengan ikhlas atau tanpa pamrih, karena percayalah kalau karma(hukum tabur tuai) itu ada.

Jadi kapan anda akan memulai menjadi subyek? Kapan anda akan menjadi subyek yang ikhlas?

Sunday, December 20, 2009

EVOLUSI dari Karyawan menjadi ENTREPENUER

Wiraswasta menjadi wabah yang sangat dahsyat,dan semoga ini berdampak positif. Entah karena kebutuhan untuk mengembangkan diri, keterhimpitan di bidang ekonomi atau efek dari para pembicara di bidang ekonomi. Namun apapun yang menyebabkan 'wiraswasta' menjadi naik daun,perlu kita APRESIASI dan kita WASPADAI. Kita apresiasi karena dengan banyaknya wiraswasta baik itu dalam skala besar atau kecil maka keadaan ekonomi mikro kita akan menjadi semakin kuat. Dan sebaliknya kita juga tetap harus waspadai dampak buruk atas mewabahnya wiraswasta baru.

Bukannya saya tidak suka atau setuju dengan banyaknya wiraswasta baru (meski itu menjadi titik perhatian baru bagi saya supaya usaha saya tetap bertahan meski banyak wiraswasta baru/ pesaing yang muncul ), namun ini akan memiliki dampak dalam bebagai aspek kehidupan , JIKA mereka belum siap menjadi wiraswasta. Akan banyak kredit macet jika mereka menggunakan pinjaman dalam membangun usaha. Keluarga yang berantakan karena gagalnya seorang kepala keluarga dalam membangun usahanya. Dan masih banyak cerita tragis dan bisa berdampak luas karena kegagalan dalam membangun usahanya.

Banyak kenalan saya bermimpi untuk menjadi wiraswata dan ingin meninggalkan pekerjaan mereka sebagai karyawan, namun 70% dari mereka,hanya berharap penghasilan yang besar dalam waktu yang cepat. Jika anda pernah membaca artikel saya yang membahas tentang 'instan', itulah jiwa mereka. Menjadi wiraswasta yang sukses tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus diperhatikan.

Satu hal yang pasti, anda tidak akan memperoleh hasil yang banyak dalam waktu yang cepat. Hal yang paling mudah untuk mendapatkan pendapatan yang besar dalam waktu cepat dalam berdagang adalah anda harus bisa mendapat supplier dengan harga terendah dan bisa mendapat customer dengan kuantitas pengambilan banyak dengan margin sedikit atau customer dengan kuantitas pengambilan sedikit namun margin tinggi. Untuk mendapat supplier dengan harga murah, itu bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami, ada berapa pemain lama dan besar di bidang yang akan kamu geluti. Jikalau nasib anda baik, dengan tempo yang singkat anda bisa mengetahui distributor daerah, apakah dengan begitu masalah selesai? Tentu saja belum saudara, jangan anda bemimpi mendapat harga termurah dengan mengetahui siapa yang menjadi distributor suatu barang, belum tentu anda mendapat harga terendah, karena kapasitas pengambilan anda belum sesuai dengan standar mereka.

Untuk menjadi wiraswasta anda juga harus yakin dan mengatahui dengan pasti dengan apa yang anda jual. Jual disini bisa saja suatu barang atau jasa, yang menjadi lebih penting adalah anda mengetahui dengan pasti barang yang akan anda jual. Setelah itu mari kita sedikit masuk ke ilmu ekonomi (maaf ini saya bahas berdasar pengalaman , karena sebenarnya saya bergelar S.KOM). Dasar dari wiaswasta adalah menjual, anda haus menentukan target market anda, entah itu berdasar usia konsumen, keuangan konsumen, usia konsumen, demografi ,dll. Tentukan nilai lebih barang anda disbanding dengan produk dari kompetitor anda, ini yang akan menjadi nilai jual produk anda dan sekaligus memudahkan anda dalam menentukan taget market.

Apa setelah anda membaca tulisan anda, anda sudah berangapan hal ini sudah terlalu banyak? Jika ya, sebaiknya anda untuk sementara waktu jangan berpindah pofesi menjadi wiraswasta. Hal diatas bisa saya kategorikan menjadi awal untuk menjadi wiraswasta. Yang menjadi penting dan krusial, setelah anda bekerja seharian di kantor anda tetap harus memeras keringat untuk meraih harapan menjadi wiraswasta. Anda harus melakukan suvey untuk dapat memetakkan kompetitor anda, anda harus mencari supplier(jika berdagang). CAPEK!!!!! Ya iya, mana ada perintisan yang tidak melelahkan, mungkin akan menjadi sedikit lebih ringan, jika nasib baik menghampiri anda. Namun saran saya, jangan tinggalkan profesi anda sebelum usaha anda berkembang dan hal yang lebih penting, pendapatan anda belum bisa menyamai dengan gaji anda. Kita tidak bisa munafik, yang menjadi tujuan utama kita untuk menjadi wiraswasta adalah keuangan bukan. Atau anda juga dapat memutuskan untuk memulai menjadi wiraswasta jika sudah ada perkembangan yang signifikan dan potensi untuk berkembangnya usaha anda meski secara finansial belum sama dengan pendapatan anda sebagai karyawan, namun awalannya sudah terlihat. Untuk kasus ini tentu butuh waktu dan tenaga lebih untuk mencapai tujuan anda.

Jadi sudah siapkah anda menjadi wiraswasta yang sukses????

Friday, April 17, 2009

Go With The Flow

Bahasa gaulnya 'ikuti saja arusnya', ini hasil nyontek dari seorang teman yang pernah tinggal di luar negeri. Di sini saya akan berbagi tentang pengalaman saya tentang pekerjaan(mungkin ini hanya contoh kecil dan kebetulan mengenai pekerjaan).

Setelah saya keluar dari pekerjaan saya(sebagai pegawai suatu perusahaan), ada tawaran dari orang tua untuk membantu dan nantinya melanjutkan usahanya.Di satu sisi ini tawaran yang menggiurkan , dimana banyak orang kebinggungan untuk mencari pekerjaan, binggung akan memulai usaha karena terbentur berbagai hal(modal, keahlian, dll). Di sisi lain , sebagai orang muda(setengah tua juga seh,29) dan belum mempunyai tanggungan (keluarga), jiwa muda saya bergolak. Kata hati atau ego (saya kurang bisa membedakannya) saya bekata, 'Masa hanya melanjutkan usaha orang tua, tidak mampukan saya membangun usaha sendiri? Bukankah jika berhasil saya akan merasa lebih bangga?'

Ada peluang usaha yang lain, ini kebetulan berasal dari keahlian dan tidak membutuhkan modal banyak, programmer. Itu disebabkan karena background pendidikan saya Sarjana Komputer Teknologi informatika dari STTS. Saya sudah menghindari profesi yang satu ini, karena saya tidak tahan dengan keuntungan menjadi seorang programmer(aneh, keuntungan tapi kok ndak suka :( ). Keuntungan dari programmer, menurut pengalaman saya, anda akan dipakai atau dipanggil sewaktu-waktu jika ada pengembangan sistem dari perusahaan yang pernah anda tangani. Tapi hal ini menurut saya menganggu, karena saya ada rencana atau kegiatan lain.

Dan hal yang aneh, setelah 2 bulan saya berkutat dengan usaha untuk melepaskan diri dari kedua pekerjaan tadi, hal yang terjadi malah sebaliknya, saya dalam proses pengajuan tender konveksi , dan tiba-tiba teman saya telepon untuk membuatkan sistem untuk perusahaannya.

Yang saya tangkap, semakin saya menghindar, semakin saya dipaksa untuk masuk ke dalam hal yang saya hindari. Bagaimana dengan anda? Ada masukkan dari teman saya, hidup itu ada siklusnya, dimana anda dipaksa untuk mengikuti arus, dan meninggalkannya, hal ini akan saya cermati.

Tuesday, March 17, 2009

Passive Income ? Bullshit!!!!! (If you want get maximal)

Kasar dan brutal ya? Tapi ini kenyataannya, saya menghargai buku dari Pak Robert T Kiyosaki(Rich Dad Poor Dad), dibukunya terdapat beberapa wacana baru tentang usaha dan pendapatan, tapi saya tidak setuju dengan anggapan passive income, dengan catatan seperti yang saya tulis di atas 'Jika anda ingin hasil yang maksimal'.

Tidak ada di dunia ini anda bisa mendapatkan uang sedangkan anda tidur-tiduran. Ongkang-ongkang kaki tapi dapat uang. Jika anda berinvestasi (biarkan uang yang bekerja untuk anda :p ), adalah benar adanya anda mendapat kelebihan 'value' atau keuntungan tanpa bekerja. Disini kita bisa contohkan berupa emas, harga saham, atau property. Vaaluenya naik? Tentu, tapi apa anda sadar, harga kebutuhan pokok juga naik? Untungkah? Yap, anda mendapat untung, dan sangat besar jika dibandingkan dengan bunga bank, bahkan mungkin lebih besar dari bunga deposito. Tapi tunggu dulu, ulasan semua ini hanya berlaku jika keadaan ekonominya normal, atau tidak ada krisis seperti yang sekarang terjadi(akhir 2008 - awal 2009).

Nah apa jadinya jika anda hanya ongkang-ongkang kaki, tidur-tiduran, nonton tv atau apalah yang menjadi hobby anda dalam membuang waktu, apakah nilai value anda bertambah? Wah bisa-bisa kalau anda membuka telinga untuk mendengar berita, anda bisa kena serangan jantung ( ihhh, amit-amit, omongannya jelek banget, dari tadi kok ndak ada bagus-bagusnya, sekali-kali ambil dari sudut pandang positif donk :) ). Ya maaf kalau apa yang saya tulis terlalu jujur. Tujuan saya hanya mau mengatakan, jika anda ingin mendapat hasil yang anda harapkan(mungkin tidak sampai ke batas maksimal) anda harus sering membuka telinga, baca berita.

Point dari judul yang saya pilih, masihkah ada passive income? Tidak, semua butuh waktu untuk mendapatkan hasil yang anda harapkan. Bagaimana kalau MLM, bukankah JIKA downline saya bekerja saya mendapat passive income? Jika anda tidap SUPPORT downline anda, apakah anda mendapatkan hasil yang anda harapkan??? Mustahil jawaban saya. Saham, Property dan emas, bukankah valuenya naik terus?? Ya, tapai bagaimana saat menghadapi krisi seperti sekrang ini, saham rontok, property tumbang, emas membumbung tinggi ( nah ada kan passive income), eitt tunggu dulu, coba anda cek, apakah kebutuhan belanja anda tidak bertambah banyak?? Inflasi teman, kita juga dilanda inflasi. Value yang anda dapat mungkin hanya lebih besar dari bunga bank, tapi anda juga harus hati-hati, kalau anda tidak membuka telingga bisa-bisa anda masuk ke jurang 'tumbang' dan 'rontok' seperti saham dan property.

Kerja apapun itu pasti membutuhkan waktu untuk memantaunya. Setujukah anda akan hal ini? Maaf jika akhir-akhir ini banyak tulisan saya dengan judul kebarat-baratan, bukannya saya tidak cinta indonesia atau tergerus dengan gelombang budaya barat, namun saya bercita-cita untuk membagikan ide-ide yang saya tulis kepada orang asing, namun keterbasanlah bahasa inggris dan pengetahuan budaya barat yang menghalanginya :).

Sunday, March 1, 2009

Cuek (sometimes) is the best

Yaaaa...., mana ada orang yang mau bergaul dengan orang cuek? Ngselin! Inilah mayoritas pandangan kita dengan kata 'cuek' atau tidak mau tau(tentang keadaan atau sekitarnya). Memang asumsi kita akan selalu negatif dengan kata 'cuek'(maaf jika sebagian orang tidak sependapat dengan saya)

Sikap yang mungkin tidak menyenangkan di kehidupan sosial. Namun akan menjadi perlu juga kita terapkan di kehidupan sosial. Lohhh, kok perlu? Iya, akan menjadi perlu untuk orang yang suka bermain perasaan.

Coba kita ambil contoh kasus pertemanan. Pada umumnya, kita akan keluar dengan kelompok orang yang sama (mungkin bisa seperti semacam group). dan jika pada suatu ketika, semua kelompok group itu akan keluar untuk makan dan mereka lupa untuk memberitahu si A (kita sebut saja begitu, dengan catatan si A ini tipe orang yang lebih memakai perasaan daripada logika). Entah itu disengaja ataupun tidak (dan sebenarnya tidak ada hukum tertulis untuk memberitahu semua anggota group mengenai kegiatan yang akan dilakukan). Suatu hari si A mengetahui acara tersebut dan sedih dengan keadaan ini, merenung, intropeksi diri dll(mungkin sampe menangis, maaf kalau pembaca mengalami hal yang sama). Dan mulai ada beberapa pertanyaan yang muncul di benaknya 'apakah saya kurang diterima di grup itu? Apakah saya sudah dilupakan oleh teman-teman saya? ' dan masih banyak pertanyaan yang muncul dan semuanya membuat si A menjadi minder.

Jika si A tidak memiliki sedikit rasa cuek, dia bisa-bisa terkena depresi (hiiii...,mengerikan amat). Jika saya jadi si A, saya akan berpikiran, mungkin mereka kelupaan memberitahu saya, mereka tidak akan mau bergaul dengan saya jika memang mereka tidak suka dengan saya. Jadi kalau anda tidak dikabari, ya anda yang konta mereka. Kalau ada pandangan wah, anda hanya mengontak kami jika anda butuh! Ya memang, karena memang itulah teman, ada di saat butuh, dan bersiaplah menolong jika ada teman juga membutuhkan bantuan anda.

Jadi apa cuek itu selalu negatif? TIDAK, jika anda mengunakan dengan porsi yang tepat, setau saya, semua jika kita gunakan secara tepat akan menjadi baik hasilnya. Bagaimana contohnya ? Saya tidak bisa menjawab, karena itu bergantung kepada pribadi masing-masing, tapi saya juga sedang belajar tentang kehidupan yang begitu INDAH.

Pembenaran Diri (pendukung)

Sudah menjadi sifat manusia untuk mencari pembenaran diri atas keputusan yang diambil maupun atas prinsip yang menjadi pegangan hidupnya. Hal ini bukan sesuatu yang aneh, dan sangat wajar adanya, karena manusia akan menjadi lebih lega jikalau ada orang yang mempunyai pendapat yang sama atas prinsip hidup atau kesamaan pandangan atas keputusan yang diambilnya. Saya yakin anda yang membaca ini, juga pernah mengalaminya.

Jika kita bertukar pendapat dengan teman ataupun orang lain atas keputusan yang telah kita ambil atau prinsip hidup kita, dan jika jawaban orang itu sama dengan pendapat kita, tentu kita mendapat ke-LEGA-an. Hendaknya anda jangan terlena dengan kesamaan pendapat ata pandangan dengan orang lain. Anda harus tetap berkaca, dan terus belajar untuk mengetahui apakah anda benar atau salah.

Namun apakah kelagaan itu yang kita cari? Jika pendapat orang itu berbeda dengan kita, tentu ke_KECEWA-an yang kita dapat. Menurut saya, sebenarnya orang tidak perlu tidak percaya diri (PD) atas perbedaan pandangan atau prinsip dengan orang lain. Karena orang diciptakan unik dan diberi akal budi. Unik, ya memang manusia diciptakan unik, dan ada kemungkinan perbedaan pandangan dan keyakinan, karena hal itulah sebenarnnya perbedaan padangan ataupun prinsip adalah wajar. Bagaimana jika prinsip saya salah? atau pandangan saya salah? Ya, mana ada orang yang tidak pernah salah, hal itu wajar, dan dapat dimaklumi, tapi alangkah baiknya jika anda berusaha untuk memperbaikinya. Namun saya juga mempunyai suatu masalah untuk merumuskan apa itu 'benar' dan apa itu 'salah'. Bukankah masing-masing individu akan memiliki jawaban yang berbeda untuk kasus yang sama, bukankah 'benar' dan 'salah' menjadi sesuatu yang kasusistis?

Jadi jika anda sudah mengambil keputusan(seperti tulisan saya yang berjuul'PILIHAN'), maka bertanggung jawablah akan keputusan anda, dan tanggung lah segala konsekuensinya(bisa juga diartikan 'Kompensasi' seperti tulisan saya sebelumnya, maaf setengah beriklan :) ). Jika sudah benar(menurut anda) maka lanjutkanlah, jika salah(menurut anda juga) maka beranilah untuk mengakui dan segera perbaiki.

Sulit???? Memang sulit, karena berani untuk mengakui itu sudah membutuhkan keberanian yang besar, kadang anda harus merendahkan harga diri anda, namun itu anda butuhkan jika ingin berkembang.


Apakah anda ingin berkembang? Berusahalah karena hidup ini penuh pembelajaran.

Thursday, February 5, 2009

I Love Dustbin

Ihhhhh, menjijikkan kali ini orang. Apa tidak tahu kalau tempat sampah itu menjijikan. Bau, kotor, tidak higienis. Ehhhh, yang dipandang jangan dari sisi yang negatif aja donk. Kita harus berimbang dalam menilai sesuatu, apa anda tidak menyadari betapa indahnya tempat sampah, dia yang menampung sampah di rumah kita. Lebih jauh, dia bisa menghasilkan kompos buat kita(kalau dibuat keranjang takakura dan sampahnya dipilah). Maaf kalo topiknya berubah ke "GREEN LIVING". Karena saya baru jatuh cinta dengan "GREEN LIVING", setelah melihat banyaknya bencana di dunia ini :((

OK, back to the main topic. Kehidupan, sebagaimana orang yang memiliki kehidupan sosial, tempat sampah disini berati tempat curhat(curahan hati, bahasa gaulnya, kalau belum diganti istilah gaulnya ya). Kenapa saya suka dengan tempat curhat? Karena saat terjadi sharing, ada suatu perasaan lega yang muncul dari kedua belah pihak.

Dari yang sedang bermasalah, dia merasa sebagian beban hidupnya sudah lebih ringan dari waktu sebelum dia sharing. Ada orang yang mendengarkan aku, dan berbagi dengan aku, dan jikalau orang itu hanya mampu mendengar ceritaku, itu sudah sangat membantu dalam menanggung bebanku, dan akan menjadi lebih baik kalau orang itu mampu memberi nasihat atau berbagi pengalaman hidup untuk memecahkan masalahku. Apakah demikian? Coba anda praktekkan sendiri !

Di sisi orang yang mendengarkan, ada perasaan bangga, ternyata ada orang yang mempercayai aku, ada orang yang mau berbagi dengan aku, ada orang yang bisa mendengarkan pengalamanku, ada orang yang mau mendengar nasihatku (walaupun aku tidak tahu apakah nasihatku berguna dan dilaksanakan oleh orang itu). Ada suatu kepuasan sendiri. Namun hal ini mungkin tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Ya, kenapa saya suka tempat sampah dan menjadi tempat sampah, karena selain kita bisa mengembangkan diri dari persoalan yang dihadapi orang lain, ada rasa puas jika bisa membantu teman. Menjadi pendengar yang baik itu susah dan itu salah satu pembelajaran hidup.

Tuesday, January 27, 2009

Phase of Life

Dalam kehidupan ini ada banyak terdapat fase-fasenya. Dan anehnya, masing-masing individu memiliki path atau cerita sendiri dalam menjalani fase kehidupan. Tidak semua fase juga dilalui oleh seseorang. Mungkin bisa dibilang, bahwa pilihan dalam hidup juga menentukan sejarah kehidupan seseorang. Di sini saya tidak menyebut jalan hidup, karena menurut saya jalan hidup seseorang bergantung kepada orang itu sendiri(seperti tulisan saya yang berjudul "Pilihan"), jadi saya merasa lebih tepat menyebutnya dengan sejarah hidup.

Sejarah hidup seseorang juga dipengaruhi dari kelompok sosial, baik itu teman sepergaulan maupun lingkungan keluarga. Contoh yang paling mudah dan merupakan pengalaman hidup saya adalah mencari arti hidup. Konon(kok seperti donggeng sebelum tidur ya), ada 3 orang, yang nantinya menjadi sahabat, bertemu dan membicarakan tentang esensi atau inti dari hidup.

Si A dengan latar belakang kedekatan keluarga dan finansial yang mencukupi, lebih mencari inti dari hidup untuk membuat dunia lebih baik, seperti seorang spiritual, jadi sudah tidak terlalu memikirkan materi. Namun dia masih mencari-cari esensi hidup, masih menggali lebih dalam apa tujuan hidup.Hal ini terjadi karena dia belum pernah memiliki teman yang suka dengan asti kehidupan.

Si B dengan latar belakang keluarga yang dapat dibilang lumayan harmonis, dan ekonomi yang cukup, sudah beberapa lama berteman dengan teman-teman yang secara kebetulan mencari arti hidup. Saling berbagi tentang kehidupan dengan teman-temannya. Ia sudah mendapat suatu pegangan tentang apa arti hidup(sebagian, karena kita akan belajar sepanjang hidup kita), dan memilih mengaplikasikan langsung di kehidupan sehari-hari. Dalam hal materi, masih berambisi karena belum merasakan tingkat cukup dari dirinya (salah satu sifat dasar manusia, Tidak Ada Kata Puas).

Sedangkan Si C, dengan latar belakang kelurga yang kurang harmonis, kehidupan ekonomi yang dibawah dari kedua temannya, namun terlebih dahulu mencari arti kehidupan. Didukung oleh lingkungan sepergaulan yang suka dalam menggali dan belajar arti kehidupan. Dia menjadi orang yang pertama kali dari ketiga individu ini dalam mengaplikasikan pelajaran hidup dan arti hidup. Material masih dicarinya, namun dia bisa lebih menerima(legowo) dalam pencariannya, karena ditunjang pengetahuannya tentang arti hidup.

Hanya dari 3 orang, dengan latar belakang yang berdeda secara kedekatan keluarga, ekonomi dan teman pergaulan, mareka telah melewati fase kehidupan yang berbeda, walau secara umur, mereka sama. Si A masih dalam pencarian inti kehidupan, dan lebih bisa menerima dalam hal material. Si B sudah pernah memasuki fase pencarian inti kehidupan, sudah mengaplikasikan, namun belum bisa meninggalkan material. Sedangakan si C sudah pernah mencari inti dari kehidupan, sudah mengaplikasikan, dan sudah bisa menerimanya.

Pada akhirnya, saya hanya bisa mengatakan, semua orang memiliki masalahnya masing-masing. Waktu kapan kita mengalami atau masuk ke suatu fase kehidupan itu ada di tangan anda (Pilihan )!!!! Jika anda mengalami kesulitan dalam menjalani salah satu fase kehidupan, bertanyalah kepada orang yang pernah mengalaminya, berbagi akan membuat beban hidup kita menjadi lebih ringan kita.

Saturday, January 24, 2009

Kita dalam mengikuti ................

Saat ini kita akan berbicara tentang pilihan kita dalam mengikuti sesuatu. Sesuatu ini bisa diaplikasikan ke dalam banyak hal, bisa dalam bidang teknologi, fashion, trend(sesuatu yang sifatnya booming/ mewabah secara mendadak atau musiman),dll.

Sebenarnya ada 4 kelompok orang yang mengikuti perkembangan suatu hal. Mereka adalah :


1. Orang yang mengikuti dan membelinya

Orang ini selalu up to date dalam suatu hal. Kita ambil contoh fashion, orang dalam kelompok ini akan mencari tahu apa trend fashoion saat ini, dan akan rela mengeluarkan uang untuk dapat mengikuti tren ini. Selalu tahu berita terkini dan ikut ambil bagian dalam mengikutinya.



2. Orang mengikuti sesuatu dan membeli setelah selang beberapa waktu

Orang ini mengikuti info terbaru, namun karena sesuatu hal, dia hanya akan memposisikan dirinya sebagai penonton untuk beberapa waktu, setelah cukup waktu sebagai penonton, maka dia akan mulai jadi pemain. Ia akan ikut meramaikan trend.



3. Orang mengikuti sesuatu tapi tidak membeli

Ibarat penonton, kelompok ini menjadi penonton setia, dan tidak tertarik untuk ikut dalam permainan, dia hanya kan menjadi penonton, atau mungkin lebih tepat jadi pengamat. Bagaimana menurut anda ?



4. Yang tidak mengikuti perkembangan sama sekali

Kelompok ini adalah kelompok bebek,eh maaf, maksud saya ini adalah kelompok yang cuek(bebek). Mereka tidak mengikuti perkembangan tren yang ada saat ini, mereka asyik dengan kehidupan mereka.

Setelah anda membaca paparan di atas, masuk ke dalam kelompok manakah anda? Mungkin anda akan mendapat jawaban yang berbeda-beda, maksudnya anda mungkin berada di kelompok 1 dalam hal teknologi karena memang suka, dan berada pada peringkat 3 dalam hal fashion karena anda tidak suka bersolek. Itu sah-sah saja, karena kita memang mempunyai pilihan untuk itu, dan berasa nyaman tentu lebih dari segala-galanya.

Wednesday, January 14, 2009

Merk

Beberapa orang mempunyai pemikiran, kalau membeli barang ber-'merk' itu membeli gengsi. Pendapat itu tidak salah, bahkan saya setuju. Namun, apakah mereka hanya membeli gengsi?Tidak, selain membeli gengsi ada banyak sekali hal yang mereka beli. Mereka sebenarnya membeli kualitas, bahan, dan kenyamanan(untuk sementara hanya ini yang saya temukan).

Bahan, dengan pembelian jumlah banyak, tentunya akan mendapat barang dengan kualitas bagus dengan harga yang lebih murah. inilah yang menjadi nilai tambah barang bermerk, meskipun kualitas barang tentunya ditentukan oleh segmen pasar yang menjadi tujuan penjualan dari barang tersebut. Kalau segmen pasarnya menengah, tentu saja bahan yang dipakai tidak akan sama dengan barang yang ditujukan oleh segmen menengah keatas. Namun hati-hati saat membeli barang, sebaiknya anda juga memilih bahan yang sesuai dengan harganya. Kemungkinannya kecil untuk barang yang ditujukan untuk segmen ekonomi menengah keatas namun mereka memakai bahan yang biasa dipakai untuk kelas menengah kebawah. Hal ini akan berpengaruh pada branding yang telah mereka lakukan, merk mereka akan hancur dalam sekejap, dan tentunya mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan ini.

Kualitas, untuk mendapatkan yang satu ini, bisa dipastikan, barang yang ada di outlet(toko) telah lolos dari QC, karena QC merupakan salah satu senjata dalam melakukan branding. Dan proses ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Taruhlah barang yang kita produksi pakaian, anda harus membayar gaji untuk orang yang menjaga kualitas pakaian jadi. Bukan hanya gaji untuk orang ini saja, jika ada barang yang tidak lolos seleksi(reject), berapa biaya untuk memperbaiki(jika masih dapat diperbaiki), jika tidak bisa diperbaiki, berarti barang yang lolos QC juga menanggung biaya produksi barang yang tidak lolos produksi.

Kenyamanan, karena dalam proses produksinya sudah ada standarnya (SOP=standar of procedure), maka akan dihasilkan barang yang lebih bagus. Selain itu, kenyamanan akan kita dapat, karena perusahaan memakai orang yang ahli dalam bidangnya, untuk contoh yang mudah, kita pakai kembali produksi pakaian. Perusahaan akan mempekerjakan orang yang ahli dalam mendesain pakaian, bagaimana polanya supaya nyaman dipakai oleh konsumen. Jika kita mempergunakan jasa orang yang ahli, tentunya harganya akan mahal, karena biayanya kita tanggung sendiri.

Bisa saya simpulkan, barang 'merk' mahal karena ada banyak yang kita dapatkan juga. Saya tidak memaksa anda membeli barang merk, namun saya hanya ingin anda memahami proses suatu barang. Supaya anda tidak hanya menilai suatu barang dari harga dan membandingkannya dengan harga bahan bakunya dan jika anda buat sendiri. Jika anda mampu, lakukanlah karena itu akan menghemat pengeluaran anda. Jika tidak, bisa jadi niatan anda untuk berhemat akan membuat kantong anda bolong.

Bijaksanalah dalam menentukan pilihan.

Instan

Betulkah saat ini segalanya instan? Coba kita lihat barang-barang disekitar kita, sekarang banyak barang yang instan, misalnya mie instan, kopi instan, makaan cepat saji(fast food),dll. Namun apakah semua itu instan?

Pendapat saya, TIDAK. Tidak ada yang instan di dunia ini. Menurut saya, instan itu hanya pengalihan proses. Contohnya makanan cepat saji, sebenarnya prosesnya dibalik urutannya atau ditambah urutannya. Makanan cepat saji(mayoritas franchise) menganadalkan kecepatan penyajian dalam penjualannya. Sebetulnya mereka telah memakai waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan makanan di pusat produksinya, mereka merancang bagimana cara memasak, supaya nantinya di outlet(toko) orang tidak pelu lama menunggu.

Begitu juga dengan kopi, biasanya kita butuh waktu dalam pembuatan kopi, biji kopi kita seduh dengan air panas, setelah itu, kopi sebenarnya belum bisa langsung kita nikmati. Kita harus menunggu beberapa saat supaya rasa kopi dapat maksimal, kalo ada waktu lebih, kita bisa menunggu sampai sebagian bubuk kopi tidak ada yang mengambang. Waktu dimana kita menunggu untuk dapat menikmati secangkir kopi telah digunakan di pabrik, mereka membutuhkan waktu untuk mengubah biji kopi menjadi kopi instan.

Jadi semua itu menurut saya tetap memerlukan waktu untuk prosesnya, yang diubah sebenarnya kapan proses itu dilakukan. Memang terkadang kita memerlukan sebuah kegiatan ekstra(proses tambahan yang tidak perlu dilakukan jika dikerjakan secara normal) untuk mendapat sesuatu yang sering kita sebut dengan "instan"

Sunday, January 11, 2009

Kompensasi



Kata yang satu ini menurut saya sangat adil. Kompensasi, terlepas apa itu buruk atau baik hasilnya. Mungkin arti dari kompensasi dapat saya definisikan sebagai suatu akibat atas suatu keputusan yang diambil. Topik ini berhubungan dengan topik sebelumnya, life in (your) hand.

Kita sedikit melakukan kilas balik, bahwa semua keputusan ada di tangan anda. Hubungan dengan kompensasi apa? Setelah mengambil keputusan , anda harus siap untuk menganggung segala kompensasi atas keputusan yang anda ambil. Terlepas dari apakah akibat dari keputusan yang anda ambil itu baik atau buruk. Karena anda yang mengambil keputusan, anda harus ikhlas.

Jika keputusan yang anda ambil berbuah kebaikan, maka jangan lupa bersyukurlah. Tetapi jangan menyesali dengan telalu berlebihan jika hasilnya kurang baik atau tidak sesuai dengan yang anda harapkan. Anda boleh menyesal, karena menyesal adalah sesuatu yang menusiawi dan menyesal adalah suatu ekpresi dari emosi. Namun saya amat sangat tidak setuju dengan penyesalan yang berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan tidak baik adanya. Apalagi jika sesuatu yang negatif, salah satunya penyesalan, ini bisa berakibat kepada kesehatan fisik.

Kegagalan merupakan sukses yang tertunda, namun anda jangan memaklumi kegagalan. Jika anda memaklumi kegagalan, maka anda tidak memiliki mental untuk maju. Anda akan pasrah dengan kehidupan yang keras, akan sangat 'nrimo' segala sesuatu yang ada. Anda harus memikirkan caranya meminimalkan kegagalan.

Akhirnya, saya bisa katakan, terimalah segala 'kompensasi' atas keputusan anda, karena itu adalah pilihan anda !!!!!!

Saturday, January 10, 2009

Life In (your) Hand



Yup, life is in your hand. Maaf, jadi keterusan memakai bahasa inggris, maaf kalau ada gramarnya yang salah, maaf... maaf...(kok malah seperti salah satu peran di cerita komedi "Bajaj Bajuri).

Tetapi hal diatas adalah betul, bahkan bukan hanya betul, tetapi sangat betul. Saya jamin, sebenarnya kehidupan itu ada di tangan anda, akan menjadi lebih baik atau lebih buruk, itu tergantung pada pengambilan keputusan yang anda buat saat anda dihadapkan pada pilihan.

Orang lain berpengaruh Pak!!!! Anda jangan membawa orang lain untuk bertanggung jawab kepada keputusan yang anda buat. Orang lain hanya memberikan masukkan atau pertimbangan, mereka mungkin dalam membawakan saran dan opini terlalu optimis, sehingga anda larut dalam jalan pikiran atau pilihan mereka. Namun coba anda renungkan, yang menentukan pilihan atau keputusan itu, bukankah hanya anda seseorang? semenarik apa opini orang lain, apakah anda tidak bisa mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan opini orang tersebut?

Jawabannya saya paksa YA, anda punya hak penuh atas keputusan yang anda ambil. Dan yang mungkin menjadi agak menakutkan, anda bertanggung jawab penuh atas keputusan anda. Tidak ada orang yang bertanggung jawab atas keputusan yang anda ambil, karena anda sendirilah yang mengetuk palu, bahkan sampe 3 kali(keputusan tetap), wah malah seperti dipengadilan saja :)

Mungkin anda akan berkata, jika yang memberi saran adalah orang tua, anda akan menuruti saran orang tua. Apakah tidak seharusnya kita menuruti kata orang tua, supaya mereka senang. Anda rupanya anak yang berbakti kepada orang tua :), tetapi, hidup ini yang menjalani anda. Jadi dalam kasus ini, anda terdapat 3 pilihan, menuruti saran orang tua dengan konsekuensi, anda tidak boleh melimpahkan tanggung jawab kepada orang tua jika hasilnya tidak seperti yang anda harapkan. pilihan kedua anda dapat menuruti saran dari orang tua, dipadu dengan hasil pemikiran anda sendiri. Atau anda tetap pada pemikiran anda.

Nah, apa yang anda lihat dari contoh kasus diatas? Anda juga yang harus menentukan, pilihan mana dari ketiga opsi yang saya utarakan untuk anda ambil. Ini merupakan opini atau saran dari saya, namun keputusan tetap di tangan anda.

Jadi apa keputusan anda hari ini ?

Thursday, January 8, 2009

Kerja vs Judi



Judi salah satu penyakit mayarakat, dan juga merupakan salah kegiatan yang dilarang oleh agama. Tapi terkadang kita binggung, apakah pekerjaan tertentu termasuk judi atau tidak. Contoh yang paling dekat dengan judi adalah saham, jika kita investasi di saham, maka banyak orang akan mengansumsikan itu judi.

Menariknya, orang yang bergelut dalam jual beli saham merasa hal ini bukan merupakan perjudian, alasan yang sering mereka utarakan adalah adanya analisa dalam pengambilan keputusan. Tapi apakah seorang penjudi tidak melakukan analisa sebelum mengambil keputusan seperti apa yang dilakukan pemain saham? maaf, saya belum menentukan contoh dari pihak judi, kita ambil contoh judi bola. Pemain saham akan menganalisa grafik dari harga saham , penjudi bola juga mengambil analisa dari pertandingan, melihat track record kandang, tandang, head to head dsb.

Mereka sama-sama melihat data, jadi bagaimana ini? Menurut saya, judi adalah menang atau kalah, sedangkan kerja, merupakan untung atau rugi. Untuk lebih mudahnya saya beri contoh seperti ini, saat orang berjudi 50 ribu, yang mungkin terjadi dia mendapat uang 50 ribu atau dia akan membayar 50 ribu, sedangkan dalam saham jika dia mengeluarkan 50 ribu, dia bisa mendapat lebih dari 50 ribu, atau modalnya bekurang (harga sahamnya berkurang), tapi tidak menutup kemungkinan akan menjadi nol.

Dalam kerja yang sesungguhnya, seumpama dagang, apakah para pedagang bukan penjudi? Mereka membeli suatu barang, dengan harapan mendapat keuntungan. Apakah mereka tidak berjudi dalam mengambil keputusan saat membeli barang dagangan? Belum tentu juga barang dagangan mereka laku!!!

Pada pedagang memang mungkin kehilangan semuanya, karena kebakaran, atau barang yang sudah kita beli rusak sebelum terjual kembali dan tidak bisa diperbaiki, namun ini merupakan musibah. Dan musibah adalah faktor yang dapat kita minimalkan, dan yang menjadi poin kerja, walau mengalami kerugian, mereka tidak merugi 100% dan adanya barang yang menandakan itu kerja, bagaimana dengan saham? Barangnya ya surat kepemilikan atas saham itu.

Bagaimana menurut anda ?

Monday, January 5, 2009

Ikhlas



Kata yang mudah diucapkan, namun susah untuk dijalankan. Sering juga kita dengar sewaktu pelajaran PPkn atau pelajaran Agama sewaktu di sekolah. Memang 'Ikhlas' merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kedua mata pelajaran tersebut sewaktu di sekolah. Karena 'ikhlas' berhubungan dengan hati atau perasaaan.

Jika kita ikhlas, dalam melakukan apa pun kita tidak akan merasa tebebani, malas, dan semua perasaan yang membuat mood ( suasana hati ) kita menjadi kurang enak. Namun sesuatu itu susah untuk dijalani dengan dasar keikhlasan. Menurut saya ikhlas akan muncul dengan sendirinya jika sesuatu itu berkenan dengan hati kita.

Dalam kehidupan sosial, jika kita berkenan untuk bertemu teman, sesempit apapun waktu yang kita punya, kita pasti meluangkan waktu untuk itu. Karena hati kita berkenan untuk melakukan itu, dan mungkin ada kebutuhan untuk bersosialisasi. Dalam dunia pendidikan, seorang anak akan dengan sendirinya belajar dengan giat suatu mata pelajaraan yang dia sukai, karena pelajaran tersebut bekenan di hatinya. Dan sebaliknya, meski anak sudah dimarahi atau bahkan dihukum, dia akan malas untuk belajar mata pelajaran yang tidak disukai. Tidak jauh berbeda dengan pekerjaan, orang akan bekerja dengan giat jika menyukai pekerjaan itu.

Ada banyak faktor yang menjadikan suatu kegiatan menjadi berkenan atau tidak bekenaan dengan hati seseorang. Salah satunya sesuai dengan hobi, atau sesuatu yang bisa membuat perasaan menjadi lega, lingkungan yang mendukung, baik itu lingkungan dalam masyarakat, keluarga, dan sekolah atau tempat bekerja.

Saya mendapat suatu kesimpulan, ikhlas berkenaan dengan kelegaan hati dalam melakukan suatu tindakan, dan tindakan itu akan membuat suasana hati kita berubah, menjadi senang ( seperti anak kecil sewaktu menerima buah tangan dari orang tuanya) atau menjadi serba tidak enak karena memang tidak menyukai tindakan tersebut. Bagaimana menurut anda?