Saturday, December 25, 2010

KESEMPATAN yang KESEMPITAN

Seiring dengan menanjaknya prestasi timnas sepakbola Indonesia(Christian Gonzales, Irfan Bachim,Bambang Pamuingkas,Bustami, Firman Utina,dkk) ada banyak kesempatan yang dapat kita pergunakan. Dalam dunia politik, seperti yang kita bisa kita baca di surat kabar, banyak partai yang membagikan tiket untuk menonton pertandingan final di jakarta. Ada acara bertemu dengan para pemimpin partai, yang mungkin mereka ingin mengapresiasi keberhasilan timnas sepakbola kita menembus final, namun menurut beberapa pengamat waktunya kurang pas.

Tidak hanya para politisi, perusahaan besar saja yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapat apa yang menjadi tujuan mereka. Ternyata pedagang kaki lima juga mendapat rejeki, dengan menjual kaos timnas sepakbola, tujuan pedagang kaki lima untuk meraup untung juga kesampaian. Dan yang lebih mengejutkan, ternyata bukan hanya pedagang kaki lima di Indonesia saja yang kebagian kesempatan untuk meraup keuntungan, ternyata ada pedagang kaki lima di Malaysia yang memanfaatkan momen ini.

Bagi pedagang kaki lima, ini merupakan KESEMPATAN yang keSEMPITan. Karena kurang beberapa hari final pertemuan edua akan berlangsung, dimana hal ini juga berarti bahwa tenggat waktu untuk mencari keuntungan telah habis. Selain itu setiap hari kompetitor bertambah banyak. Jadi yang ada sekarang adalah siapa cepat dia dapat.kak

Thursday, December 23, 2010

Korupsi dimana-mana

Sebenarnya saya binggung untuk memulai cerita dari mana, memang ini antara curahan hati(bahasa bekennya CURHAT), hasil analisa dan kenyataan. Awal mula saya akan coba deskripsikan mengenai korupsi, korupsi menurut saya adalah sesuatu yang kita pergunakan atau terima tetapi bukan merupakan hak kita.

Nah sekarang saya ingin berbagi cerita, saya mempunyai kios di sebuah pasar tradisional, lebih tepatnya memakai kios orang tua saya untuk mencoba mencari sesuap nasi(dramatis sekali...). Usaha utama dari kios adalah penjualan seragam sekolah. Setiap orang kenal atau menetahui jenis usaha saya sebagian orang pasti memberikan saran untuk mencoba menjadi pemasok sekolah, dan hal itu selalu saya tolak dengan alasan saya tidak biasa bermain'amplop'. Seperti kita tahu sudah menjadi hal yang lumrah jika kita 'membagikan' sedikit rejeki kepada orang yang telah membantu usaha kita. Alasan penolakan saya, saya harus menghitung ulang harga barang supaya harganya kompetitif namun tidak rugi jika harus memberikan 'amplop'. Menurut saya itu merepotkan, dan bisa jadi saya dijadikan 'langganan' atas pungli-pungli itu.

Roda kehidupan berputar, dan sampailah di saat saya harus berhadapan dengan pihak sekolah. Bisa dibilang ini suatu rejeki yang tidak saya harapan. Rejeki karena dimana keadaan pasar yang baru sepi namun saya mendapat konsumen baru, sedangkan hal ini tidak saya harapkan karena saya harus memberikan sesuatu yang bukan haknya. Pihak sekolah meminta saya memberikan stempel, hal yang tidak biasa terjadi di pasar tradisional, untungnya dapat saya tolak. Percobaan pertama telah terlewati, karena saya telah menghindari membantu korupsi. Jikalau nantinya oknum-oknum tersebut nota palsu, saya tidak menanggung dosa tersebut.

Setelah selesai transaksi, mereka meminta bonus, hal yang membuat saraf ketawa saya berkontraksi, anda siapa? Baru berbelanja sekian rupiah kok sudah meminta bonus, sedangkan banyak dari langganan saya yang transaksinya lebih rutin dan sebagian nominalnya melebihi oknum sekolah ini saja tidak pernah meminta bonus, pertimbangan apa yang mengharuskan saya memberi anda bonus.

Ternyata masalah belum selesai sampai titik ini, ternyata dari pertama kali oknum sekolah sampai di tempat saya, sudah ada 3 orang yang meminta komisi atas jasanya mengantarkan konsumen ke kios saya. Tiga orang??? Gila, preman dari mana saja ini? Karena saya tidak pernah menjumpai kejadian semacam ini, saya bertanya kepada karyawan saya(sudah berkecimpung di pasar selama 10 tahun), adat kebiasaannya bagaimana? Karyawan saya berkata, bahwa dia juga baru kali ini menjumpai hal ini, meski sudah lama bekerja di beberapa kios dan lama menjadi karyawan pasar. Saya mengutarakan, kalau dikasih X rupiah bagaimana? Wajarkah? Karyawan saya hanya menimpali, seikhlasnya saja, daripada memberi tetapi tidak ikhlas. Dan akhirnya diputuskan memberi sejumlah uang kepada salah seorang dan tolong dibagi buat bertiga.

Apakah tulisan saya ini menandakan saya belum ikhlas? Sebetulnya tidak, saya ikhlas, disini saya hanya ingin berbagi, kalau transaksi di pasar tradisional saja pungutan liarnya sudah seperti itu, ditambah (diskusi dari oknum sekolah yang saya dengar) rencana penjualan seragam yang akan di mark up(diambil untung yang tidak wajar), lalu saya berpikir mau jadi apa negeri ini? Bekerja mencari laba itu sudah pasti, akan tetapi alngkah lebih bijak tidak menggunakan kekuasaan atau pangkat untuk menumpuk kekayaan pribadi. Jika seorang oknum dari sekolah berbisnis peralatan sekolah, menurut pandangan saya kurang elok, dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi kasus. Sudah berapa berita di koran yang memberitakan 'mantan' oknum sekolah yang terkena kasus korupsi.

Ya itu pandangan dari saya, jika hal ini menyinggung pembaca, saya mohon maaf, saya adalah orang naif yang hidup di waktu yang salah, karena idealisme yang tinggi dan ingin merubah dunia, tetapi malah menjerumuskan tiga orang ke jalan yang menurut saya salah.....pelajaran hidup ini semoga membawa saya menjadi orang yang lebih tegas.