Thursday, November 4, 2010

Apa yang membuat anda ingin di'istimewakan' ?

Sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seseorang ingin diperlakukan istimewa. Contoh yang paling sering kita jumpai adalah orang ingin didahulukan dalam dilayani.

Saya ambil contoh kasus dimana orang ingin didahulukan /dilayani terlebih dahulu di suatu toko. Mungkin karena tergesa-gesa, atau merasa lebih(mungkin merasa kaya, berpangkat, atau mempunyai nama/lebih dikenal) mereka dengan santai tak menghiraukan atau mengacuhkan orang yang terlebih dahulu datang ke toko tersebut. Mereka minta dilayani lebih dahulu. Jika kita lihat lebih seksama, apakah karena alasan-alasan diatas mereka 'dibenarkan' untuk minta dilayani lebih dahulu?

Saya rasa, jawabannya tidak, walaupun mereka tergesa karena suatu hal, bukankah itu sudah menjadi tanggung jawab mereka sendiri, kenapa mereka tidak merencanakan lebih dahulu segala sesuatunya. Kalaupun benar-benar dalam keadaan yg sulit, kenapa mereka tidak dengan sopan meminta ijin terlebih dahulu kepada pengunjung yang datang lebih dahulu. Dan jika sudah meminta ijin terlebih dahulu, bukan berarti pengunjung yang lain harus 'mengijinkan', bukankah meminta tolong juga tergantung dari orang yang dimintai tolong. Apabila orang yang dimintai tolong juga tergesa-gesa, mereka juga berhak untuk menolaknya.

Jika tidak tergesa-gesa, dan yang menjadi judul tulisan ini, apa yang membuat mereka ingin diistimewakan? Kelebihan apa yang mereka miliki dan tidak dapat ditandingi oleh orang lain. Bukankah di sekolah dasar kita sudah dikenalkan dengan peribahasa yang menggambarkan tentang kearifan tanaman padi. Semakin berisi, semakin menunduk. Dan bukankah segala kelebihan bersifat duniawi yang kita miliki hanya titipan Tuhan, dan kelebihan rohani hanya Tuhan yang dapat menilainya.

Namun siapakah saya, yang membahas perilaku orang lain. Hahaha, berarti saya juga termasuk orang yang salah karena telah membahas masalah ini. Maafkan saya jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan saya ini, karena saya juga termasuk orang yang salah.

Tuesday, November 2, 2010

Jujur, berani, naif

Kalau ada orang yang berpendapat dengan logat surabaya mungkin akan seperti ini 'cek eman e rek, loro sing nang ngarep wes ciamik, la kok buntut e ngisin-ngisini'. Apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia adalah, alangkah sayangnya, 2(kata sifat) yang di depan sudah bagus, tapi yang paling belakang kok membuat malu. Tiga kata sifat yang saya ambil sebagai judul, (terus terang) saya ambil dari dialog dalam film 'Robin Hood' yang dibintangi oleh Russel Crowe.

Dialog itu sungguh berkesan bagi saya, robin longstride( Russel Crowe,sebagai prajurit) mendapat penilaian dari rajanya sebagai orang yang memiliki ketiga sifat tersebut setelah ditanya, apakah dia bangga menjadi seorang prajurit yang berpatisipasi dalam perang salib. Dan dengan jujur,berani dan naif(atas penilaian raja) dia berkata 'tidak bangga', karena perang yang diatasnamakan agama, menjadikan dia seperti orang yang tidak ber-Tuhan, dengan pembantaian kepada orang yang memiliki kepercayaan / beragama lain.

Ya, mungkin memang ketiga kata sifat itu sudah menjadi takdir untuk orang yang mempunyai idealisme tinggi. Dunia itu tidak seindah bayangan kita, keserakahan, memperjuangkan kepentingan kita adalah hal yang tidak bisa dihindarkan dari kehidupan ini.

Dan celakanya, robin hood dengan konsisten menjalankan ketiga sifat diatas. Dia menjadi naif dan membangun dunia yang sesuai dengan anggan-anggannya. Di saat pemerintahan menjadi tirani, dimana ketidak adilan terjadi, dia menjadi naif dengan mengejar suatu keadaan dunia yang sesuai dengan keinginannya.

Dimana letak kenaifannya? Saat dia mencuri/merampok barang yang bukan haknya, untuk mencapai keadaan dunia yang dia inginkan tanpa mengindahkan norma agama manapun(halal atau haram). Lalu yang menjadi pertanyaan, benar atau salahkah perbuatannya? Silahkan anda berpendapat, untuk mengungkapkan pendapat anda, saya yakin (dan semoga benar) itu adalah suatu kebebasan, dan kecil kemungkinannya ada gugatan tentang pencemaran nama baik hahahaha